Ahlan wa Sahlan

" Selamat Datang di Blog Manto Abu Ihsan,...Silahkan kunjungi juga ke www.mantoakg.alazka.org

Manto Abu Ihsan " Hadir untuk perubahan"

Manto Abu Ihsan " Hadir untuk perubahan"
H.Sumanto, M.Pd : " Siap membantu dalam kegiatan Motivation Building, Spiritual Power, Get Big Spirit and Character Building."

Monday, March 19, 2012

KUNCI TRY OUT UJIAN SEKOLAH XII IPA MATEMATIKA SMAI ALAZKA 2012

1. A 2. A 3. B 4. D 5. E 6. A 7. A 8. E 9. B 10. A 11. D 12. A 13. D 14. B 15. A 16. D 17. D 18. B 19. C 20. E 21. A 22. E 23. A 24. B 25. D 26. D 27. C 28. D 29. B 30. D 31. A 32. E 33. B 34. B 35. C 36. C 37. C 38. D 39. C 40. D

Sunday, March 18, 2012

8 Tips Lahirkan anak soleh

Anak adalah rezeki daripada Allah yang sudah selayaknya pasangan suami isteri bersyukur atas rezeki berkenaan. Dalam surah as-Syura ayat 49 dan 50, Allah SWT berfirman yang bermaksud: “Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Ia kehendaki. Dia memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak lelaki kepada siapa yang Ia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis lelaki dan perempuan (kepada siapa yang Ia kehendaki). Dan Dia menjadikan mandul kepada siapa yang Ia kehendaki. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” Antara bentuk rasa syukur adalah mengambil berat persoalan anak. Dengan demikian, terjalin hubungan harmoni dalam keluarga, lahirlah anak yang taat kepada dua ibu bapanya serta terbentuklah watak anak salih yang dapat membangunkan agama, bangsa dan negara. Islam adalah agama yang sempurna. Islam sudah mengajar seluruh aspek kehidupan, termasuk hak anak yang perlu dipenuhi oleh kedua ibu bapa. Antara hak anak dalam Islam iaitu hendaklah mencari pasangan yang baik buat anak yang bakal dilahirkan hasil daripada perkahwinan. Rasulullah SAW sudah mengajar pemuda yang ingin berkahwin agar memilih wanita yang salihah. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Seseorang wanita itu dinikahi kerana empat perkara: kerana hartanya, kerana kedudukannya, kerana kecantikannya dan kerana agamanya. Pilihlah wanita yang beragama, maka engkau akan beruntung – Hadis riwayat al-Bukhari. Kedua, hendaklah membaca doa sebelum melakukan hubungan badan agar terhindar daripada gangguan syaitan. Rasulullah SAW telah mengajar kepada kita seperti dalam satu hadis Baginda bersabda: “Sekiranya seseorang di antara kamu ketika hendak mendatangi isterinya, maka hendaklah ia membaca: “Bismillah, Allahumma jannibnas Syaitana wajannibis syaitana ma razaktana. Maksudnya: Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah syaitan daripada kami dan jauhkanlah syaitan daripada apa yang Engkau rezekikan kepada kami. Jika Allah takdirkan (dengan hubungan tersebut lahir) seorang anak, maka syaitan tidak boleh memudaratkannya.” – Riwayat al-Bukhari. Ketiga, hendaklah mengambil berat bayi yang berada dalam kandungan ibunya. Perhatian itu sama ada kesihatan bayi yang dikandungnya, mahupun sifat-sifat yang akan diturunkan daripada ibu kepada anaknya. Keempat, seorang ibu hendaklah sedar terhadap apa yang dikerjakan sehariannya agar tidak melakukan perkara buruk yang akan berpengaruh kepada bayinya nanti. Kelima, hendaklah menerima dengan senang hati bayi yang dilahirkannya sama ada perempuan atau lelaki. Kerana ada di kalangan pasangan yang tidak suka jika lahir anak perempuan. Sikap ini adalah sifat jahiliah yang perlu dijauhi. Orang Quraisy pada zaman jahiliah apabila lahirnya anak perempuan, maka mereka membunuhnya. Begitu juga kadang-kadang Allah SWT menguji ibu dan ayah dengan anak yang kurang sempurna seperti buta, bisu, pekak. Sekiranya ibu bapa itu menerima dengan berlapang dada, maka ia tetap berasa senang. Namun, sekiranya ibu bapa tidak senang menerimanya, ia boleh membawa kepada penceraian atau pembunuhan pada anak tersebut. Keenam, memberi nama anak yang baik. Sesungguhnya anak berhak untuk diberi nama yang baik dan bagus didengar. Nama itulah yang akan mewakili dirinya untuk kehidupannya kelak. Oleh itu, janganlah tersalah memberi nama. Janganlah diberi nama yang ada unsur menyamai dengan agama lain atau ahli maksiat dan orang yang terkenal kejahatannya. Berilah nama yang dianjurkan seperti nama yang menunjukkan perhambaan kepada Allah, nama Nabi dan orang yang salih. Ketujuh, memberikan anak itu rasa aman dan tenteram daripada hal yang menakutkan dan perkara yang boleh merosakkan akidahnya. Jangan suka menakutkan dengan mengatakan kepadanya ada hantu kerana ia boleh merosakkan mental dan agamanya. Kelapan, memberi pendidikan agama yang cukup. Kesembilan, menjaga kesucian anak itu dengan menikahkannya sekiranya rasa perlu dan mampu untuknya. Demikianlah antara hak-hak anak. Wallahua’lam

MODALITAS BELAJAR

Dalam buku Quantum Learning dipaparkan 3 modalitas belajar seseorang yaitu : “modalitas visual, auditori atau kinestetik (V-A-K). Walaupun masing2 dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modlaitas ini pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya”. 1. Visual (belajar dengan cara melihat) Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata / penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi. Ciri-ciri gaya belajar visual : ² Bicara agak cepat ² Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi ² Tidak mudah terganggu oleh keributan ² Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar ² Lebih suka membaca dari pada dibacakan ² Pembaca cepat dan tekun ² Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata ² Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato ² Lebih suka musik dari pada seni ² Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual : 1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. 2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting. 3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. 4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video). 5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. 2. Auditori (belajar dengan cara mendengar) Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang2 saja. Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. Ciri-ciri gaya belajar auditori : ² Saat bekerja suka bicaa kepada diri sendiri ² Penampilan rapi ² Mudah terganggu oleh keributan ² Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat ² Senang membaca dengan keras dan mendengarkan ² Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca ² Biasanya ia pembicara yang fasih ² Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya ² Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik ² Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual ² Berbicara dalam irama yang terpola ² Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori : 1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga. 2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. 3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak. 4. Diskusikan ide dengan anak secara verbal. 5. Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur. 3. Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik : ² Berbicara perlahan ² Penampilan rapi ² Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan ² Belajar melalui memanipulasi dan praktek ² Menghafal dengan cara berjalan dan melihat ² Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca ² Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita ² Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca ² Menyukai permainan yang menyibukkan ² Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu ² Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik: 1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam. 2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru). 3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar. 4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan. 5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik. Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Bagaimana dengan gaya belajar Anda? Wallahu’alam

Monday, March 12, 2012

Membangun Komunikasi Intern yang Efektif di Sekolah

1. Pengertian Dilihat dari ruang lingkupnya komunikasi yang terjadi dalam organisasi sekolah terbagi atas komunikasi intern dan komunikasi ekstern. Komunikasi intern merupakan komunikasi antar personel yang ada di sekolah. Komunikasi harus selalu di kembangkan baik oleh kepala sekolah maupun oleh personel lainya. Komunikasi intern yang baik akan memberikan kemudahan dan keringanan dalam melaksanakan pekerjaan sekolah yang merupakan tugas bersama. Upaya membina komunikasi intern tidak sekedar untuk menciptakan kondisi yang menarik dan hangat, tetapi akan mendapatkan makna yang mendalam dan berarti bagi pendidikan dalam suatu sekolah. Dengan demikian setiap personel dapat bekerja dengan tenang dan menyenangkan serta terdorong untuk berprestasi lebih baik, dan mengerjakan tugas mendidiknya dengan penuh kesadaran. 2. Prinsip komunikasi Intern Prinsip-prinsip komunikasi intern yang harus dimiliki oleh kepala sekolah: a. Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak tapi bertindak sebagai fasilitator yang mendorong suasana demokratis dan kekeluargaan. b. Mendorong guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam memecahkan masalah yang dan mendorong supaya guru dan karyawan mau melaksanakan aktifitas dan berkreatifitas. c. Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka dan mendengarkan pendapat orang lain. d. Mendorong para guru dan pegawai untuk mengambil keputusan yang terbaik dan mentaati keputusan itu. e. Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara dan pengambil kesimpulan secara redaksional. Adapun prinsip komunikasi intern yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan organisasi selain tersebut di atas adalah sebagai berikut : a. Pimpinan harus mengadakan persiapan secara seksama sebelum berkomunikasi. b. Pimpinan harus membangkitkan perhatian komunikator sebelum komunikasi dimulai. c. Memelihara kontak pribadi selama berkomunikasi. d. Tunjukan diri sebagai komunikator yang baik. e. Berbicara secara menyakinkan. f. Bersikap empatik dan simpatik. g. Bertindak sebagai pembimbing bukan pendorong. h. Mengemukakan pesan komunikasi yang menyangkut kepentingan komunikan, bukan kepentingan komunikator semata. 3. Bentuk-bentuk komunikasi intern a. Komunikasi Kebawah (Downward communication) atau komunikasi kepala sekolah dengan para guru dan karyawan. Yaitu komunikasi yang bergerak dari pimpinan ke bawahan. Tiap komunikasi yang mengalir dari pimpinan puncak hingga ke bawah mengikuti hierarki adalah komunikasi kebawah. Pendapat lain mengatakan bahwa komuniukasi kebawah adalah komunikasi yang mengalir dari pucuk pimpinan ke berbagai jenjang yang ada dibawahnya, berisi yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pimpinan. Dengan demikian komuniksi kebawah adalah komunikasi yang datang dari kepala sekolah SMP Negeri 1 Suruh Kabupaten Semarang. Tipe-tipe komunikasi kebawah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Instruksi tugas Instruksi tugas/pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukanya. Pesan itu dapat berupa perintah langsung, deskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu. 2. Rasional Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktifitas itu dengan aktifitas lain dalam organisasi atau obyek organisasi. Kualitas dan kwantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahanya. Bila pimpinan menganggap bawahanya pemalas maka pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit tetapi bila bawahan dapat memotivasi dirinya sendiri maka pesan rasional yang disampaikan banyak 3. Ideologi Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan rasional. Pesan rasional penekananya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi. 4. Informasi Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik-praktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. 5. Balikan Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaan. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah apabila pimpinan tidak mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaanya sudah memuaskan. b. Komunikasi keatas (Upward Communication) atau komunikasi guru dan karyawan kepada kepala sekolah Adalah arus komunikasi yang bergerak dari bawah keatas. Pesan yang disampaikan antara lain laporan pelaksanaan pekerjaan, keluhan karyawan, sikap dan perasaan karyawan tentang beberapa hal, pengembangan prosedur dan teknik, informasi tentang produksi dan hasil yang dicapai, dll. Jika arus informasi keatas tidak lancar maka manajemen tingkat atas atau pimpinan kurang mengetahui dan menyadari secara tepat keadaan organisasi pada umumnya. Alasan pentingnya Komunikasi dari bawah ke pimpinan antara lain, Pertama pimpinan mendapatkan informasi yang di perlukan untuk menilai berbagai kekurangan, sebagai bahan pengambilan keputusan dan mungkin untuk memperbaiki komunikasi kebawah, terutama melalui beberapa jenis balikan. Balikan ini perlu untuk menentukan apakah pegawai-pegawai telah menerima atau mengerti pesan-pesan yang di sampaikan kepada mereka. Kedua, tanpa mekanisme komunikasi keatas melalui mana pegawai yang lebih rendah dapat mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat atau usul, menyatakan rasa tidak puas, menyatakan keluhan atau mengajukan saran-saran mengenai kebijakan yang telah di tetapkan. Metode komunikasi kebawah dapat dilakukan antara lain : a. Ketersediaan Metode-metode yang sudah tersedia dalam suatu organisasi lebih cenderung untuk digunakan. Bila diperlukan dapat ditambah dengan metode lain untuk menjadikan lebih efektif. Dalam hal ini penggunaan metode komunikasi cenderung menggunakan sarana-sarana yang telah tersedia dalam organisasi. Misalnya dalam menyampaikan informasi dari pimpinan dengan menggunakan memo, atau surat perintah dll. b. Biaya Pertimbangan biaya yang paling murah akan cenderung dipilih untuk menyebarluaskan informasi yang bersifat rutin dan tidak mendesak. Tetapi bila informasi yang akan dikomunikasikan tidak bersifat rutin dan mendesak maka soal biaya tidak begitu dipertimbangkan agar informasi cepat sampai. Dalam penyampaian informasi keseluruh komponen organisasi pemilihan biaya yang paling murah harus dipertimbangkan organisasi agar penggunaan biaya tidak mengganggu jalannya organisasi dan penyampaian informasi dapat lebih efektif. c. Dampak Metode yang memberikan dampak atau kesan yang lebih besar akan sering dipilih atau digunakan daripada metode yang sedang atau kurang dampaknya. Dalam penggunaan metode ini akan dipilih metode yang dapat memberikan kesan yang berarti kepada penerima pesan akan lebih sering digunakan karena hal tersebut akan lebih mempercepat pemahaman dari penyampaian informasi yang disampaikan d. Relevansi Metode yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai paling sering dipilih. Penggunaan metode komunikasi kebawah harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dari penyampaian informasi tersebut. Misalnya untuk memberikan informasi yang pendek mungkin lebih tepat digunakan metode lisan yang diikuti dengan penggunaan memo. Tetapi jika tujuan untuk memberikan informasi yang kompleks dan rinci maka lebih tepat menggunakan metode laporan secara tertulis. e. Respon Pemilihan metode juga dipengaruhi oleh apakah respon terhadap informasi itu diinginkan atau diperlukan. Bila diinginkan maka metode lisan secara tatapmuka lebih efektif dalam bentuk interpersonal maupun rapat. Dalam hal ini adalah efek yang terjadi setelah informasi tersebut disampaikan kepada bawahan, apakah respon dari bawahan bagus atau tidak, maka hal tersebut harus selalu dipertimbangkan oleh pimpinan supaya tika memberikan dampak yang buruk bagi organisasi. f. Skill Metode yang paling cocok digunakan adalah metode yang paling sesuai dengan skill si penerima dan si pengirim. Bila si penerima mempunyai latar belakang pendidikan yang kurang, maka metode tulisan yang bersifat kompleks kurang tepat digunakan. Penggunaan metode penyampaian informasi harus memperhatikan kemampuan dari si penerima informasi, agar dapat dicapai efektifitas penyampaian informasi karena kemampuan menerima informasi dari setiap orang berbeda. Selanjutnya mana metode yang paling efektif dan paling sering digunakan oleh pimpinan adalah penggunaan saluran kombinasi cenderung memberikan hasil yang terbaik. Dengan kata lain, untuk menyampaikan informasi kepada para pegawai dengan tepat. Kombiasi saluran tulisan dan lisan memberikan hasil terbaik. Mengirimkan pesan menggunakan lebih dari satu saluran terasa berlebihan tetapi hal ini ternyata dapat memastikan bahwa pesan tersebut akan selalu diingat oleh bawahan. Komunikasi keatas mempunyai beberapa fungsi atau nilai tertentu sebagai berikut: a. Dengan adanya komunikasi keatas pimpinan dapat mengetahui kapan bawahannya siap untuk diberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya pimpinan menerima apa yang disampaikan karyawan. b. Arus komunikasi keatas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan. c. Komunikasi keatas memperkuat apresiasi dan loyalitas bawahan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi. d. Komunikasi keatas membolehkan, bahkan mendorong desas-desus muncul dan membiarkan pimpinan mengetahuinya. e. Komunikasi keatas menjadikan pimpinan dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi yang ke bawah. f. Komunikasi keatas membantu bawahan mengatasi masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi. c. Komunikasi Horisontal (Horizontal Comunication) Apabila terjadi komunikasi diantara anggota kelompok kerja yang sama, diantara kelompok kerja pada tingkat yang sama, diantara manajer pada tingkat yang sama atau antara bagian atau departemen pada tingkat yang sama, atau antara pegawai-pegawai apa saja yang secara horizontal sama dalam hierarki organisasi, maka komunikasi tersebut adalah komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal ini sangat inten dilakukan antar bagian yang memiliki tingkat sekuensi kerja yang tinggi, yang dimaksudkan untuk menghemat waktu dan memudahkan melakukan koordinasi yang dapat berlangsung secara formal (hubungan-hubungan kerja dalam pembagian struktur kerja diatur secara formal atau secara informal) untuk mempercepat tindakan. Komunikasi horizontal mempunyai tujuan tertentu diantaranya sebagai berikut : a. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Bagian-bagian tertentu yang sama jenjangnya dalam organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan hala-hal yang memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi. b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas. c. Memecahkan masalah yang timbul diantara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. d. Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi diusulkan maka perlu ada pemahaman yang sama dari semua komponen yang ada dalam organisasi. e. Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja adalah berinteraksi dengan teman untuk memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Di sekolah memang tidak banyak personel kalau di pandang dari personel dewasa, yaitu guru dan pegawai non guru. Namun jika siswa di pandang sebagai pesonel sekolah maka jumlahnya akan menjadi besar. Oleh karena itu komunikasi intern yang baik antar berbagai personel tersebut harus di kembangkan sedemikian rupa untuk mencapai hasil optimal. Kurangnya komunikasi akan mengakibatkan kurangnya hasil yang diwujudkan, bahkan kegagalan pencapaian tujuan. Kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk membina komunikasi intern dengan sebaik-baiknya agar para guru dan karyawan lainya mampu bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan dan kinerjanya.

Monday, March 5, 2012

Dzikrul Maut

Ingatlah kematian. Demi Dzat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis. (Rasulullah saw) Ada seorang teman yang rajin beribadah. Sholatnya tak lepas dari linang air mata, tahajud tak pernah putus, bahkan anak dan istrinya pun diajak pula berjamaah di masjid. Selidik punya selidik, ternyata saat itu dia sedang menanggung utang. Di antara ibadah-ibadahnya itu dia selipkan doa-doa agar utangnya segera terlunasi. Selang beberapa lama, alhamdulillah Allah berkenan melunasi utang teman tersebut. Sayangnya begitu utang terlunasi, doanya mulai jarang serta hilang pula motivasi ibadahnya. Awalnya, kalau kehilangan sholat tahajud ia sedih bukan main. Lama-kelamaan ia malah senang karena jadwal tidur menjadi cukup. Sebelum adzan biasanya sudah ke masjid, tapi akhir-akhir ini datang ke mesjid justru ketika adzan. Hari berikutnya ketika adzan tuntas baru selesai wudhu. Lain lagi pada besok harinya, ketika adzan selesai justru masih di rumah, hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk sholat di rumah. Saudaraku sahalus-halus kehinaan di sisi Allah adalah tercerabutnya kedekatan kita dengan-Nya. Awalnya terlihat dari menurunnya kualitas ibadah. Ilmu yang dapat membuatnya takut kepada Allah tidak bertambah. Maksiat pun mulai dilakukan. bila Imam Ibnu Athaillah berkata, Rontoknya iman ini akan terjadi pelan-pelan, terkikis-kikis sedikit demi sedikit sampai akhirnya tanpa terasa habis tanpa tersisa. Kalau ibadah sudah tercerabut satu persatu, maka inilah tanda mulai tercerabutnya hidayah dari Allah. Selanjutnya mudah ditebak, ketahanan penjagaan diri menjadi blong, kata-katanya tak lagi terjaga, mata jelalatan tidak terkendali, emosi pun mudah membara. Apalagi tatkala shalat, yang merupakan benteng dari perbuatan keji dan munkar, mulai lambat dilakukan atau bahkan mulai ditinggalkan. Ibadah yang lain nasibnya tak jauh beda, hingga akhirnya meningallah ia dalam keadaan hilang keyakinannya kepada Allah. Inilah yang disebut su’ul khatimah (jelek di akhir), naudzhubillah. Apalah artinya hidup kalau berakhir tragis seperti ini. Kita bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut. Mengingat mati sangat efektif dalam mengerem perbuatan maksiat kita. Bagaimana kalau tiba-tiba kita mati, padahal kita sedang maksiat? Tidak takutkah kita mati su’ul khatimah? Ternyata ingat mati menjadi bagian yang sangat penting setelah doa dan ikhtiar dalam memelihara iman di hati. Rasulullah saw mengingatkan para sahabat untuk mengingat kematian. Suatu hari beliau mendapati sekumpulan orang yang sedang tertawa-tawa. Beliau bersabda, Ingatlah kematian. Demi Dzat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalau kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan tertawa sedikit dan banyak menangis. Mengingat mati akan membuat kita lebih terkendali. Ada semacam rem untuk tidak melakukan maksiat. Kita pun akan lebih terarahkan untuk melakukan hanya yang bermanfaat saja. Kalau kita lihat para ‘arifin dan salafus shalih, mengingat mati bagi mereka, seumpama seorang pemuda yang menunggu kekasihnya. Di mana seorang kekasih tidak pernah melupakan janji kekasihnya. Menjelang kematiannya, Sahabat Hudzaifah berkata lirih, “Kekasih datang dalam keadaan miskin. Tiadalah beruntung siapa yang menyesali kedatangannya. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa kefakiran lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan kematian lebih aku sukai daripada kehidupan, maka mudahkanlah bagiku kematian sehingga aku menemui-Mu. Semoga kita digolongkan Allah SWT sebagai orang yang akan memperoleh khusnul khaatimah sebagai pengendali. (KH Abdullah Gymnastiar) Disunting dari www.syahadat.com

Bagaimana kedudukan DOA orang yang hidup untuk orang yang sudah meninggal.

Adapun perkara yang disepakati oleh para ulama’ ialah si mati akan mendapat manfaat dari doa, istighfar, sedekah dan ibadah-ibadah badaniyah-maliyah yang boleh menerima niyabah (gantian) seperti haji dan puasa. Amalan-amalan tersebut telah disepakati oleh para ulamak bahawa ia akan sampai dan akan memberi manfaat kepada si mati di alam barzakh. Dalil-dalil mereka ialah; 1. Firman Allah: “Dan orang-orang (Islam) yang datang kemudian daripada mereka (berdoa dengan) berkata: "Wahai Tuhan Kami! Ampunkanlah dosa kami dan dosa saudara-saudara kami yang mendahului kami dalam iman, dan janganlah Engkau jadikan dalam hati perasaan hasad dengki dan dendam terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Tuhan kami! Sesungguhnya Engkau Amat Melimpah Belas kasihan dan RahmatMu"”. (al-Haysr: 10) Ayat di atas menceritakan tentang sikap orang-orang beriman yang datang kemudian selepas generasi sahabat iaitu mereka mendoakan keampunan untuk diri mereka dan juga orang-orang yang sebelum mereka. Ayat tersebut menjadi dalil bahawa memohon keampunan untuk orang yang telah mati akan memberi manfaat untuknya. 2. Doa Nabi s.a.w. kepada Abi Salamah r.a. ketika kematiannya sebagaimana yang diriwayatkan dari Ummu Salamah r.a.: “Rasulullah s.a.w. masuk kepada jenazah Abu Salamah (pada hari kematiannya) dan sesungguhnya matanya terbuka, lalu baginda memejamkannya (yakni baginda menutup kelopak matanya dengan tangan baginda). Kemudian Nabi bersabda: “Sesungguhnya ruh ketika dicabut, diperhatikan oleh mata (yakni ketika ruh ditarik keluar dari badan, mata melihat ke mana ruh pergi)”. Lalu beberapa orang dari keluarganya berpekikan. Maka Nabi bersabda: “Janganlah kamu menyeru kepada mayat-mayat kamu melainkan dengan suatu kebaikan kerana sesungguhnya para malaikat mengaminkan apa yang kamu ucapkan”. Kemudian Nabi s.a.w. berdoa: اللَّهمَّ اغْفِرْ لأَبِي سَلَمَةَ، وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ فِي الْمَهْدِيِّينَ، وَاخْلُفْهُ فِي عَقِبِهِ فِي الْغَابِرِينَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، وَافْسَحْ لَهُ فِي قَبْرِهِ، وَنَوِّرْ لَهُ فِيهِ “Ya Allah! Berilah keampunan kepada Abi Salamah. Angkatlah darjatnya di kalangan orang-orang yang diberi petunjuk. Jadilah penggantinya bagi anak-anaknya yang masih tinggal. Kurniakanlah keampunan untuk kami dan untuknya, wahai Tuhan sekelian alam. Lapangkanlah untuknya di dalam kuburnya dan terangilah untuknya di dalam kuburnya”. (Riwayat Imam Muslim) Hadis di atas menjadi dalil bahawa doa orang hidup akan memberi manfaat kepada si mati sekalipun doa itu bukan datang dari anaknya. 3. Diriwayatkan dari Saidatina Aishah r.a. menceritakan: “Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w.; ‘Sesungguhnya ibuku telah mati. Aku mendapatinya jika sekiranya ia berpeluang bercakap (ketika hampir matinya) nescaya ia akan bersedekah (yakni menyuruh agar dikeluarkan sedekah dari hartanya). Maka apakah baginya pahala jika aku bersedekah bagi pihaknya?’. Jawab baginda s.a.w.; ‘Ya’. (Riwayat Imam Bukhari dan Muslim) Hadis di atas menjadi dalil bahawa sedekah orang hidup memberi manfaat untuk si mati. 4. Diceritakan oleh Ibnu ‘Abbas r.a.; “Seorang perempuan datang kepada Nabi s.a.w. lalu berkata; “Sesungguhnya ibuku telah mati dan tertanggung di atasnya puasa sebulan”. Lalu baginda bersabda: “Apa pandangan kamu jika tertanggung di atas bahunya suatu hutang, apakah kamu akan membayarnya?’. Jawab perempuan itu: “Ya”. Jawab Nabi: “Maka hutang Allah lebih berhak dibayar”. (Riwayat Imam Muslim) 5. Ibnu ‘Abbas r.a. menceritakan; “Seorang perempuan dari Juhainah datang kepada Nabi s.a.w. dan berkata: ‘Sesungguhnya ibuku telah bernazar untuk menunaikan haji, lalu ia mati sebelum sempat mengerjakannya. Apakah aku boleh mengerjakan untuknya?’. Jawab Nabi; ‘Tunaikanlah haji bagi pihaknya. Bukankah jika ibumu menanggung hutang kamu yang akan membayarnya? Tunaikanlah (hutang dengan Allah) kerana Allah lebih berhak (ditunaikan hutang dengannya)’. (Riwayat Imam Bukhari) Adapun perkara yang diikhtilafkan di antara para ulama’ apakah ia akan sampai kepada si mati atau tidak ialah ibadah-ibadah yang bersifat badaniyah semata-mata seperti bacaan al-Quran, zikir dan sebagainya. Dalam hal ini terdapat dua pandangan; Pertama: Pandangan jumhur ulamak yang terdiri dari ulamak-ulamak mazhab Hanafi, Hanbali dan golongan mutaakhirin dari mazhab Syafi’ie dan mazhab Maliki dan juga Imam Ibnu Taimiyyah. Mereka berpandangan; bacaan al-Quran dan zikir yang dibaca oleh orang hidup kepada si mati adalah sampai kepadanya dan memberi manfaat untuknya. Antara dalil mereka ialah hadis dari Abi Said Al-Khudri r.a yang menceritakan; “Beberapa orang sahabat Nabi telah keluar dalam satu perjalanan. Mereka berhenti di satu kawasan penempatan Arab dan minta jadi tetamu. Namun penduduk kawasan itu enggan untuk menerima mereka sebagai tetamu. Kebetulan ketua bagi penduduk kawasan itu disengat binatang. Mereka telah berusaha mengubatinya dengan pelbagai cara namun tidak berjaya. Lalu beberapa orang di kalangan penduduk itu mencadangkan; ‘Kalau kamu pergi kepada mereka itu (yakni kumpulan sahabat Nabi tadi) mungkin mereka mempunyai sesuatu untuk mengubati ketua kita’. Lalu mereka pergi kepada kumpulan sahabat tadi dan bertanya; ‘Wahai saudara sekelian! Ketua kami disengat binatang. Kami telah berusaha pelbagai cara namun tak berhasil. Adakah di antara kamu yang pandai mengubati?’. Jawab seorang sahabat; ‘Ya, aku boleh menjampi. Akan tetapi kami telah meminta dari kamu semua sebentar tadi untuk menjadi tetamu tetapi kamu sekelian enggan menerima kami. Jadi aku tidak akan menjampinya melainkan jika kamu sanggup memberi sesuatu kepada kami’. Mereka bersetuju untuk memberi hadiah dengan sebahagian daging kambing. Lalu sahabat itu merawati ketua kaum itu dengan menjampinya dengan membaca surah al-Fatihah. Berkat al-Fatihah itu, ketua kaum itu terus sembuh dan bingkas bangun seperti orang yang terlepas dari ikatan, seolah-olah tidak pernah sakit. Apabila sahabat-sahabat tadi ingin membahagikan daging kambing yang dihadiahkan kepada mereka, berkata sahabat yang menjampi tadi; ‘Jangan kita bahagikan lagi sehingga kita bertanya Nabi terlebih dahulu’. Apabila mereka menceritakan kepada Nabi s.a.w., baginda berkata; “Bagaimana kamu tahu bahawa ia (yakni surah al-Fatihah) adalah jampi?”. Baginda berkata lagi ; “Apa yang kamu lakukan itu adalah betul (sah / halal). Bahagikanlah daging itu dan jadikanlah dalam pembahagian itu satu bahagian untukku”. (Hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim) Berdasarkan hadis ini, para ulama’ tersebut menyimpulkan; ‘Bacaan al-Quran jika diqasadkan untuk manfaat orang hidup (seperti untuk menyembuhkan penyakit dalam hadis di atas), maka surah itu memberi manfaat kepadanya dan diakui oleh Nabi dengan kata baginda; ‘Bagaimana kamu tahu bahawa ia (yakni surah al-Fatihah) adalah jampi?’, maka tidak ada sebab untuk kita menafikan manfaatnya untuk orang mati, malah ia lebih aula (utama)’. (Lihat; Al-Fiqhul-Islami wa Adillatuhu, Syeikh Wahbah az-Zuhaili, jil. 2, hlm. 552). Selain itu dikiaskan juga masalah ini kepada doa, istighfar, dan sedekah tadi yang disepakati oleh sekelian ulamak bahawa ia akan sampai kepada si mati dan memberi faedah untuknya. Jika doa, istighfar dan sedekah akan sampai kepada si mati maka tidak mustahil bahawa bacaan al-Quran, zikir dan tahlil juga akan sampai dan memberi manfaat kepadanya lebih-lebih lagi jika amalan-amalan tersebut disusuli dengan doa selepasnya. Ini sebagaimana yang disarankan oleh Imam Ibnu as-Sholah; “Hendaklah bacaan al-Quran atau zikir itu diakhiri dengan ucapan: اَللَّهُمَّ أَوْصِلْ ثَوَابَ مَا قَرَأْنَاهُ لِفُلاَنٍ “Ya Allah! Sampaikanlah pahala apa yang telah kami bacanya kepada si fulan…”. Di mana dengan ucapan tersebut, kita menjadikannya sebagai doa untuk si mati dan telah dinyatakan tadi bahawa doa orang hidup bermanfaat untuk si mati. Hal ini telah dipersetujui oleh sekelian ulama’. Selain itu bacaan al-Quran dan zikir yang dilakukan untuk si mati dapat juga kita anggap sebagai tawassul dari orang hidup kepada Allah untuk mendoakan kesejahteraan si mati di alam kuburnya. Terdapat nas dari al-Quran dan juga as-Sunnah membenarkan kita bertawassul dengan amal-amal soleh kita untuk memohon agar doa dan permohonan kita di makbulkan Allah. Dalam soheh Imam al-Bukhari dan Muslim terdapat hadis di mana Rasulullah s.a.w. menceritakan kisah tiga orang pemuda yang terperangkap di dalam sebuah gua dan baginda tidak membantah perlakuan mereka yang berdoa dengan bertawassulkan amalan soleh sehinggalah Allah memakbulkan doa mereka dan menyelamatkan mereka dari kecelakaan. (Lihat hadis ini dalam Riyadhus-Salihin, bab al-Ikhlas). Pandangan kedua: Padangan dari golongan awal (mutaqaddimin) dari ulamak-ulamak mazhab Maliki dan Syafi’ie. Mereka berpandangan; bacaan al-Quran dan zikir (serta semua ibadah-ibadah badaniyyah yang lain seperti sembahyang) tidak akan sampai kepada si mati. Pahalanya hanya untuk orang yang melakukannya sahaja, tidak akan sampai kepada si mati. Dalil mereka ialah firman Allah: “Dan bahawa sesungguhnya tidak ada (balasan) bagi seseorang melainkan (balasan) apa yang diusahakannya”. (an-Najm: 38) Namun dijawab oleh ulamak-ulamak yang berpandangan pertama tadi; ayat di atas adalah umum dan keumumannya telah ditakhsiskan oleh hadis-hadis sahih yang menyebutkan tentang doa, istighfar dan sebagainya tadi yang sampai kepada si mati sekalipun bukan datang dari amalan atau usaha darinya. Ada ulamak berpendapat; ayat tersebut ditujukan untuk orang kafir iaitu balasan siksa terhadap mereka tidak lain adalah akibat dari usaha dan perbuatan mereka di dunia. (Lihat; At-Tajul-Jami’ Lil-Ushul Fi Ahadis ar-Rasul, Syeikh Manshur ‘Ali Nashif, jil. 1, hlm. 384, Subulus-Salam, Kitab al-Janaiz dan kitab al-Hajj) Wallahu A’lam. Rujukan; 1. At-Tajul-Jami’ Lil Ushul Fi Ahadis ar-Rasul, Syeikh Mansur Ali Nasif, Dar al-Fikr, Beirut-Lubnan (1992). 2. Subulus-Salam, (Kitab al-Janaiz dan kitab al-Hajj), Dar al-Furqan, Jordan. 3. AL-Fiqh Islami Wa Adillatuhu, Dr. Wahbah az-Zuhaili, Dar al-Fikr, Damsyiq-Syria (1985).