Ahlan wa Sahlan

" Selamat Datang di Blog Manto Abu Ihsan,...Silahkan kunjungi juga ke www.mantoakg.alazka.org

Manto Abu Ihsan " Hadir untuk perubahan"

Manto Abu Ihsan " Hadir untuk perubahan"
H.Sumanto, M.Pd : " Siap membantu dalam kegiatan Motivation Building, Spiritual Power, Get Big Spirit and Character Building."

Monday, November 24, 2008

Pengumuman hasil try out

Silahkan kalian lihat hasil anda dengan download di alamat : www.geocities.yahoo.com/nilai.html

Thursday, October 23, 2008

Bayan DSP PKS

TETAP PARTAI DAKWAH SEKALIPUN DIHUJAT & DIFITNAH
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi rabbil alamin wasshalatu wassalamu ‘ala sayyidil mursalin, nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Wa ba’du…
Fenomena partai da’wah PKS dalam blantika perpolitikan nasional telah mengundang banyak hal. Ada ketercengangan, ada pertanyaan, ada pula kekhawatiran bahkan kecurigaan. Menghadapi laju PKS di ranah politik sekaligus ranah da’wah, berbagai pihak melakukan ragam cara. Bertambah banyak yang simpati lalu mendukung, tapi tidak sedikit yang menebar halang rintang dengan langkah politis, bahkan ada yang menebar kedustaan dengan isu keagamaan. Cara yang terakhir ini berulang kali dimunculkan berbarengan dengan perjuangan politik PKS melalui pemilu legislatif dan pilkada.
Kedustaan (iftira) dengan isu keagamaan itu berupa sebutan atau stempel yang sembarangan dan sama sekali mengabaikan perintah Islam untuk klarifikasi (tabayyun) baik dengan meruju dokumen-dokumen PKS maupun dengan menanyakan secara langsung kepada pihak yang berkompeten di PKS.
Kedustaan yang terbaru dibuat oleh yang menamakan dirinya Tim Taushiyah dan Maklumat Buntet pada hari Ahad 22 Sya’ban 1429 H/24 Agustus 2008 di Pesantren Buntet, Cirebon. Kami tidak sampai hati menuliskan sembilan nama Kiyai sebagai tim perumus yang sejatinya mukarramun.
Inti dari taushiyah tersebut meminta masyarakat khususnya kalangan tertentu dari kaum muslimin, ’agar mewaspadai gerakan Wahabisme yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang bertujuan menghilangkan syari’at dan tradisi Yasinan, Tahlilan, Qunut dan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, serta tradisi lainnya yang suka dilakukan Ahlussunnah Waljama’ah (NU)’.
Sebagai partai da’wah yang berfungsi memberikan pencerahan kepada masyarakat luas, PKS harus menjelaskan siapa ia sebenarnya. Sesuai AD-ART partai, lembaga yang berkompeten menjelaskan pandangan dan sikap keagamaan PKS adalah Dewan Syari’ah. Sedangkan pandangan atau sikap keagamaan kader PKS secara individual tidak mencerminkan pandangan dan sikap partai.
Berikut ini pandangan resmi Dewan Syari’ah Pusat PKS tentang beberapa masalah keagamaan yang telah dipolitisir.
PKS dan Ahlussunnah Wal Jama’ah
Sebagai partai dakwah PKS berpegang teguh kepada aqidah ahlussunnah waljamaah dengan sumber rujukan utama sebagaimana termaktub dalam Ittijah Fiqih Dewan syari’ah PKS, berupa Mashadir Asasiyah (sumber hukum primer) yang disepakati oleh Jumhur Ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah, yaitu al-Qur’an, Sunnah yang suci, ijma’ dan qiyas.

PKS dan ’Wahabisme’
Tidak ada hubungan antara PKS dengan ’Wahabiyah’, yaitu gerakan yang dipimpin Syekh Muhammad bin Abdul Wahab di negeri Hijaz yang bertujuan untuk memurnikan ’aqidah dari Takhayul, Bid’ah dan Khurafat (TBC), berkerja sama dengan Malik Abdul Aziz dan menggunakan berbagai cara dari yang sifatnya halus sampai yang radikal.
Jelas tidak ada hubungan historis karena PKS lahir pasca reformasi 1998. Tidak ada hubungan struktural organisatoris antara PKS dengan organisasi keagamaan di Saudi Arabia. Bahwa di antara pimpinan PKS pernah studi di Saudi Arabia, hal yang sama berlaku juga pada ormas Islam yang lain. Bahkan ada yang pendirinya pernah mukim di sana. Tapi tidak lantas ormas-ormas tersebut boleh dituduh sebagai pengusung ’Wahabiyah’.
Kolektivitas dan keberagaman di PKS
Sebagai partai da’wah yang berprinsip kejama’ahan, maka sifat kolektifitas menjadi ciri PKS yang mewadahi keberagaman, baik dalam rekruting kader maupun pandangan keagamaan dan politiknya.
- Ketua Majelis Syura PKS KH. Hilmi Aminuddin alumni Universitas Islam Madinah, dekat dengan kalangan Persis.
- Duta besar RI di Saudi Arabia Habib DR. Salim Segaf Al Jufri adalah seorang habib cucu pendiri Al Khairat dan salah seorang pendiri Partai Keadilan. Beberapa habaib yang lain fungsionaris PKS seperti Habib Abu Bakar Al Habsyi, Habib Nabil Al Musawwa, Habib Fahmi Alaydrus.
- Presiden pertama Partai Keadilan DR. H. Ir. Nurmahmudi Ismail, MSc lulusan Amerika, berlatar belakang pesantren di Kediri yang kental ke NU-annya.
- Presiden kedua Partai Keadilan dan PKS yang kini Ketua MPR RI DR. H. M. Hidayat Nurwahid, MA lulusan Universitas Islam Madinah, berlatar belakang Muhammadiyah.
- Presiden PKS yang sekarang Ir. H. Tifatul Sembiring alumni sekolah tinggi teknik di Indonesia dan kursus manajemen politik di Pakistan punya latar belakang organisasi di PII
- Ketua MPP-nya Drs. H. Suharna Surapranata, MT lulusan UI dan Jepang berlatar belakang aktivis masjid kampus.
- Ketua Dewan Syari’ah PKS KH. DR. Surahman Hidayat, MA tamatan universitas Al Azhar Mesir yang bermazhab Syafi’i, latar belakangnya NU dan PUI, sebelumnya PII dan HMI.
- Beberapa anggota Dewan Syari’ah Pusat juga berlatar belakang NU seperti KH. DR. Muslih Abdul Karim, MA murid kesayangan KH. Abdullah Faqih, Langitan. H. Bukhari Yusuf, MA, sekretaris DSP, murid kesayangan KH. Noer Ahmad S, ahli Ilmu Falak NU. H. Bakrun Syafi’i, MA alumni Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta adalah murid kesayangan KH Ali Ma’shum. H. Amang Syafruddin, Lc, Msi alumnus Pesantren NU Cipasung, Tasikmalaya yang sering dipuji sebagai murid nomor 1.
- Beberapa ulama seperti Prof. DR. KH. Didin Hafidhuddin, MS (ketua Baznas), DR. Ahzami Samiun, MA. (putra dari tokoh NU, KH. Samiun Jazuli), Prof. DR. Ahmad Syathori (alumni pesantren Babakan Ciwaringin dan Buntet), adalah tempat bertanya dan rujukan kader PKS. Furu’iyah di PKS
Da’wah PKS menekankan pada tema-tema besar yang bersifat prinsip (qadhaya ushuliyah). Ini supaya da’wah PKS bersifat mempertemukan mempersatukan (jami’ah tajmi’iyah) dan tidak menimbulkan perselisihan/perpecahan (tafriqiyah).
Ittijah fiqh (orientasi fikih) Dewan Syari’ah PKS mendahulukan fiqh persatuan (i-tilaf) daripada fiqh perbedaan (ikhtilaf). Menggali dan mengambil faidah dari khazanah fiqhiyah yang ada dengan prinsip ”Almuhafazhatu ’alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah” mengambil pendapat klasik yang masih cocok dan pendapat baru yang lebih maslahat.
Tapi dalam praktik keseharian memperhatikan harmoni dengan mazhab yang banyak dipraktikan yaitu madzhab Syafi’i. Mengedepankan cara kompromi (thariqatul jam’i) atas tarjih, dan menggunakan prinsip keluar dari khilafiah (khuruj ’anil khilaf) sejauh dimungkinkan. Kemudian terhadap perbedaan dalam masalah cabang (furu’) mengedepankan sikap toleran (tasamuh). Prinsip yang dipegang ”NATA’AWANU FIMA ITTAFAQNA ’ALAIHI WA YA’DZURU BA’DHUNA BA’DHAN FIMA IKHTALAFNA FIHI” – Bekerjasama dalam hal-hal yang disepakati dan saling menghormati dalam hal-hal yang diperselisihkan.
Sikap PKS dalam masalah khilafiyah
Berikut ini beberapa masalah khilafiah/furu’iyah yang sering dijadikan alat untuk memfitnah PKS dan pandangan resmi Dewan Syari’ah Pusat PKS tentang itu.
1. Do’a Qunut
Bagaimanapun do’a qunut status hukumnya sunat. Yang disepakati adalah do’a qunut dalam shalat witir, qunut nazilah dalam shalat fardhu yaitu memohon tolak bala dari kaum muslimin dan mendo’akan bencana bagi musuh Islam.
Adapun qunut shubuh tetap saja merupakan masalah khilafiyah. Masalah pilihan, paling tinggi posisinya antara rajih dan marjuh, bukan antara sunnah dan bid’ah. Jadi tidak ada bid’ah dalam qunut shalat fajar.
Dan mengamalkan yang marjuh bisa menjadi pilihan jika membawa kemaslahatan dalam mu’amalah. Jadi bukan sikap plinplan, tapi cerminan sikap bijak dan cerdas. Secerdas Imam Muhammad bin al Hasan al Syaibani murid Imam Abu Hanifah yang melakukan qunut ketika ziarah ke Mesir dan menjadi imam shalat shubuh. Ini karena beliau menghormati Imam Syafi’i –imam madzhab yang dominan di Mesir.
Dan sebijak Imam Syafi’i yang tidak qunut shubuh ketika beliau ziarah ke Imam Muhammad di Baghdad.
Dalam pengamalan di acara-acara PKS kadang qunut shubuh kadang juga tidak, tergantung imamnya. Dan itu tidak pernah ada masalah.
2. Membaca do’a dan tahlil untuk yang meninggal
Pada dasarnya membaca do’a untuk mayit dianjurkan (sunat). Berkat ikatan ’aqidah tauhid, tidak terputus hubungan sesama muslim dengan yang sudah mati sekalipun. Dalam al Quran ada do’a ”Rabbanagfirlana wa li-ikhwanina alladzina sabaquna bil imani, wala taj’al fi qulubina ghillan lilladzina amanu.. rabbana innaka raufurrahim”. (QS 59: 10).
Menghadiahkan bacaan Surah al Fatihah atau lainnya untuk mayit, atau mewaqafkan/menshadaqahkan sesuatu atas nama atau menujukan pahalanya untuk mayit merupakan amal shalih yang diterima, sesuai pendapat jumhur ulama.
Istigfar, tasbih, tahmid dan tahlil merupakan bagian dari keseluruhan do’a yang dibaca. Waktu berdo’a untuk mayit tidak harus dibatasi pada waktu atau harihari tertentu, dan tidak boleh disyaratkan, sehingga pilihan waktunya lebih luang dan leluasa sesuai kesempatan atau kemampuan.
3. Perayaan maulid Nabi saw
Perayaan memperingati maulid Nabi Muhammad saw menurut sebagian riwayat, digagas oleh Sultan Salahuddin al Ayyubi di Mesir dalam rangka meningkatkan ruhul jihad umat Islam. Sampai hari ini Universitas Al Azhar sendiri mensyi’arkan peringatan maulid Nabi saw.
Bagi kepala pemerintahan seperti Sultan Salahuddin, hal itu merupakan kebijakan yang sesuai syari’ah (siyasah syar’iyah), yang didefinisikan imam Ibnu Uqail sebagai perbuatan yang dilakukan karena lebih maslahat bagi masyarakat dan lebih menghindarkan mereka dari mafsadat, meskipun tidak pernah disabdakan atau dicontohkan oleh Nabi saw.
Adapun bagi masyarakat muslim, peringatan maulid Nabi saw pertimbangannya adalah semata-mata kemaslahatan (mashlahah mursalah). Dasar pertimbangan maslahat ini juga yang menyeleksi ragam acara yang dipandang membawa maslahat. Tentu saja dalam konteks ini ada ruang bagi tradisi dan kreasi yang baik, sehingga ada variasi dari tempat ke tempat lain dan dari waktu ke waktu yang lain. Jika dibarengi niat yang lillah, untuk meninggikan Dinullah dan tidak ada sesuatu yang melanggar syari’ah dalam mata acaranya, insya Allah bernilai ’ibadah.
Di lingkungan PKS, biasa diadakan peringatan maulid Nabi saw baik oleh DPP maupun struktur di bawah. Bahkan dianjurkan agar pelaksanaannya bekerjasama dengan masjid, lembaga keagamaan atau masyarakat sekitar.
Para kepala pemerintahan kader PKS biasa memprakarsai atau mensponsori. Para da’i atau asatidz kader PKS biasa menjadi penceramah dalam peringatan ini.
4. Yasinan
Disebutkan dalam sebuah riwayat Imam Ahmad bahwa Surah Yasin merupakan qalbunya al Quran. Membacanya merupakan ’ibadah. Disepakati anjuran membacanya di samping orang yang sakit parah. Boleh dibaca untuk pengobatan dengan ruqyah syar’iyah. Boleh membacanya untuk yang sudah meninggal, menurut jumhur ulama.
Sejauh ada pendapat yang membuka peluang ’amal, adalah tidak bijak menutupnya bagi siapa yang ingin melakukannya.
Waktu membacanya luas, boleh siang apalagi malam dan pada waktu-waktu yang khidmat. Tidak perlu dibatasi pada waktu tertentu. Pertimbangannya adalah kesempatan dan kekhidmatan.
Membiasakan acara membaca al Quran atau memilih surat-surat tertentu, insya Allah merupakan ’adah shalihah atau tradisi yang baik. Memilih surat tertentu untuk dilazimkan dibaca, bukan karena mensyaratkan atau membatasi, tapi karena lebih menyukainya atau lebih familiar, insya Allah merupakan kebajikan, semoga Allah mempertemukan pembacanya dengan surat yang dicintai.
Secara umum, merupakan kebijakan dalam da’wah PKS untuk menghidupkan sunnah yang telah ditinggalkan (ihyaul sunnah al mahjurah) dan tradisi Islami yang menyemarakkan syi’ar Islam sebagai cerminan ketaqwaan.
Melalui bayan ini kami serukan kepada segenap pencinta kebenaran dengan semangat iman dan keadaban, agar tidak termakan oleh fitnah dan hasutan baik lisan maupun melalui selebaran gelap yang menuduh PKS adalah Wahabi dan bukan Ahlussunnah Wal Jama’ah. ”Berbuat dusta dan menyebarkannya adalah dosa besar” (HR Bukhori).
Hasbunallah wani’mal wakil, wahuwal muwaffiq ila aqwamith thoriq
Jakarta, 21 Syawwal 1429 /21 Oktober 2008
Dewan Syari’ah Pusat Partai Keadilan Sejahtera
KH. DR. Surahman Hidayat, MA
Ketua

Tuesday, October 21, 2008

Menjaga Hati dan Sifat Sombong

Menjaga hati dari sifat sombong
Ikhwani yang dirahmati oleh ALLAH, hati adalah penghulu seluruh anggota. Di dalam hati itulah tersimpan semua asas akidah, akhlak, niat baik dan niat yang tidak baik. Selama hati itu belum dibersihkan (disucikan) dari sifat-sifat buruk dan tercela, serta menghiasinya dengan sifat-sifat yang baik dan terpuji, maka kita tidak akan merasakan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
ALLAH SWT berfirman dalam surat As-Syams ayat 7-10:

"Dan demi jiwa dan Yang menjadikannya, lalu ditunjukkan kepadanya yang salah serta yang baik. Sungguh beruntunglah siapa yang membersihkannya dan sungguh merugilah siapa yang mengotorinya." Banyak akhlak dan sifat-sifat yang tercela yang seharusnya kita hindarkan dari hati. Diantara penyakit-penyakit hati yang berbahaya ialah sifat sombong.
Sifat ini adalah sifat yang dimiliki oleh setan yang terkutuk. Sebagaimana firman ALLAH dalam surat Al-Baqarah ayat 34:

"Ia (iblis) enggan dan menyombongkan diri, dan jadilah ia termasuk golongan yang tidak beriman (kafir)." ALLAH membenci hamba-hambaNya yang sombong sebagaimana firmanNya dalam surat An-Nahl 23:
"Sesungguhnya Dia (ALLAH) tidak menyukai orang-orang yang menyombongkan diri." Dalam surat Luqman 18, ALLAH juga berfirman:

"Sesungguhnya ALLAH tiada mencintai sekalian orang yang sombong dan membanggakan diri." Rasulullah SAW pun bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang yang di hatinya terdapat sebesar atum dari sifat sombong." Al-Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad mengatakan bahwa sifat sombong itu senantiasa terpendam di dalam hati, tetapi ia memiliki tanda-tanda yang dapat dikenali oleh orang, di antara tanda-tandanya yaitu:

1. Merasa bangga melihat dirinya maju lebih dari orang lain. 2. Suka menonjolkan diri terhadap orang lain. 3. Bila menghadiri majlis, minta dikedepankan. 4. Jika berjalan, bersikap angkuh. 5. Membantah bila ditegur orang lain, meskipun ia salah. 6. Tidak mengindahkan nasihat. 7. Suka menindas orang yang miskin dan lemah. 8. Selalu menganggap dirinya benar dan tidak pernah salah. 9. Suka memuji-muji diri sendiri.

Ikhwani, seandainya kita menjadi orang yang paling bertakwa kepada ALLAH serta memiliki ilmu yang luas dan amat banyak amal ibadahnya, kemudian kita menyombongkan diri terhadap orang lain dan membanggakan diri atas kelebihan-kelebihan yang kita miliki, niscaya ALLAH akan menghapus ketakwaan kita dan membatalkan ibadah yang telah kita lakukan.
Apalagi kalau yang sombong itu orang yang jahil (bodoh). Lebih-lebih orang yang menyombongkan diri dengan ketakwaan dan kesalehan datuk-datuknya, sedangkan ia sendiri tidak beramal, maka itu adalah kebodohan yang luar biasa. Kawan, seluruh kebaikan berada dalam sifat rendah diri, khusyu', dan tunduk kepada ALLAH SWT. Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang merendahkan diri, niscaya ALLAH akan mengangkatnya, dan barang siapa yang menyombongkan diri, niscaya ALLAH akan merendahkannya." Suka berdiam diri dan bersembunyi, serta tidak suka kemasyhuran/ketenaran, adalah sifat orang-orang mukmin yang sholeh.
Wallohu a'lam bis-shawab,-

Kematian yang selalu terlupakan

Kematian, Hal yang Pasti Tapi Sering Dilupakan
Kematian, Hal yang Pasti Tapi Sering DilupakanJanganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahannam,.....dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yakin,kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. 102:1-8)Surat ini secara singkat dan tepat berbicara tentang fenomena kehidupan sekelompok manusia hingga akhirnya. Dalam ayat pertama Allah gambarkan situasi kehidupan mayoritas manusia yang menghabiskan seluruh kesempatan hidupnya untuk sebuah pesta lomba mengejar prestasi duniawi, mencari popularitas, berbanyak-banyak harta dan keturunan, memburu titel dan pangkat.Yah Alangkah sesaknya dunia ini dengan manusia-manusia type ini. Manusia-manusia yang sejak bangun tidur hingga berangkat tidur kembali hanya disibukkan oleh dunia. Dia putar benaknya, dia kuras tenaga dan fikiran hanya untuk dunia. Bahkan ketika tidur, yang diimpikan juga dunia. Celakanya, ketika dia mengambil waktu sisanya untuk sholat menghadap Rabbnya, pencipta, pemilik dan pengaturnya, yang masih berputar dibenaknya juga dunia, dan ketika dia mengangkat tangannya berdo'a, yang dia mohon juga dunia. Dunia bagi mereka telah berubah menjadi tujuan bukan lagi sarana, sehingga mereka terus berlomba untuk mengejarnya. Dunia benar-benar telah singgah di hati mereka sehingga dengan bebas mengatur dan mengendalikan seluruh aktifitas kehidupannya. Untuk manusia type-type inilah Allah katakan: "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, (QS. 102:1)"Mereka lalai kalau dunia ini sangat pendek waktunya, sehingga tak pantas untuk dijadikan tujuan, dunia bukanlah negeri idaman, tapi ujian dan cobaan. Yang sangat memprihatinkan adalah betapa istiqomahnya mereka dalam kelalaiannya sampai ketika mata mereka terbelalak ketakutan melihat malaikat maut datang menjemput.Kematian, semua orang tahu tapi terlalu sedikit yang mau menyadari, banyak manusia yang berusaha lari dari kematian, membebaskan fikirannya dari bayang-bayang maut. Namun sia-sialah usaha mereka. Ibarat bejana, semua orang akan meminumnya, ibarat binatang buas tak pernah bosan mengejar mangsanya, dia berjalan dan tak pernah memperlambat langkahnya, dia pasti datang tak pernah ingkat akan janjinya." Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya.Itulah yang kamu selalu lari dari padanya. (QS. 50:19)"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati... (QS. 3:185)Sakaratul mautMengingatnya saja sudah menggetarkan hati sanubari. Bagaimana jika kelak kita benar-benar menghadapi dan itu pasti terjadi? Diriwayatkan dalam sebuah hadits shohih bahwasanya ketika datang ajal Rasulullah saw, beliau menyeka keringat dari mukanya sambil berkata:"Subhanallahu kematian benar-benar memiliki sekarat-sekarat".Lihatlah betapa Rasul yang mulia, yang menginginkan kematian untuk menemui kekasihnya masih merasakan sakaratul maut. Bagaimana halnya mereka yang lari daripadanya dan memusuhi Rabb-Nya? Untuk memberikan gambaran lebih jelas tentang sakaratul maut Allah berfirman: Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan dan dikatakan (kepadanya):"Siapakah yang dapat menyembuhkanmu"dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau. (QS. 75:26-30)
Itulah pemandangan maut yang merupakan akhir semua kehidupan. Tak seorangpun sanggup mencegah. Kematian memisahkan seseorang dengan kekasih, tak peduli dengan jeritan manusia di sekelilingnya, tak menghiraukan kesedihan orang yang ditinggalkan, juga tidak terhadap orang yang butuh kasih sayang. Ia tetap berjalan untuk menumbangkan semua keangkuhan dan kesombongan, terus berlalu tanpa berhenti dan menoleh. "Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan," (QS. 75:26). Itulah pemandangan sakaratul maut. Semua mata membelalak, seluruh manusia yang hadir menoleh ke kanan dan ke kiri mencari jalan penyembuhan." dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkanmu" (QS. 75:27)Sementara itu yang menghadapi kematian sedang kejang menggelinjang menahan pedihnya sakaratul maut:"Dan lututpun bertaut dengan lutut." Gagallah semua usaha, sia-sialah semua sarana dan nyatalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh oleh setiap yang hidup:" kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau." (QS. 75:30) sampai di sini berakhirlah kehidupan manusia.Banyak manusia menganggap kehidupan hanya sampai di situ. Dari lahir sampai ke liang kubur, sedang diantara keduanya manusia bebas bercanda, berhias dan bermegah-megahan, menumpuk harta memburu popularitas dan prestasi duniawi. Mereka tidak percaya tentang apa yang terjadi setelah kematian, orang-orang inilah yang digambarkan oleh Allah SWT: "Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi), itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin." (QS. 50:3)Problemnya jelas yaitu faham mereka yang menafikan adanya hidup setelah mati. Sebenarnya pandangan ini jelas lahir dari sebuah pemikiran yang dangkal bahkan sangat dangkal. Dengan logika yang tepat Allah menjawab pengingkaran mereka: Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban) Bukankah dia dahulu dari setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan perempuan Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (QS. 75:36-40)Jawabannya adalah: Ya! Dia Maha suci, Dia Maha Kuasa untuk menghidupkan kembali.Ya! Dia Maha Mampu untuk menyusun kembali tulang belulang itu. Dan manusia, mau tak mau harus tunduk di bawah hakekat besar ini. Setelah manusia mati, semuanya akan mengalami alam kubur, Allah menggambarkan apa yang bakal terjadi di sana: "Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh mereka), dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat)." (QS. 50:4)Perlahan-lahan bumi akan meluluhkan tubuh kita anggota demi anggota, bulu-bulu halus yang menghiasi kulit tubuh kita itu yang pertama kali berguguran, kemudian mata kita yang biasa khianat memandang beda haram akan segera meleleh, di susul telinga kita yang terbiasa mendengar suara-suara haram segera menjadi sarang kutu-kutu busuk, mulut kita yang banyak mengobral kebohongan dan ghibah hari itu akan disumpal dengan tanah, demikianlah seterusnya nasib jasad kita.Dan yang perlu diingat adalah bahwa kejadian itu takkan lama lagi akan kita alami, bukankah setahun dua tahun itu tak lama? Dan siapa yang sanggup menjamin hidup kita sampai satu atau dua tahun? Dari gelapnya alam kubur manusia akan dibangkitkan dan digiring ke padang mahsyar: " Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat, penggiring dan seorang malaikat penyaksi." (QS. 50:20-21)Pada hari itulah semua manusia akan datang dikumpulkan sebagai tamu Allah, maka berbahagialah manusia-manusia yang didunianya selalu membersihkan diri mentaati perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya. Karena pada hari itu ia akan diterima dan dimuliakan Allah, dia akan berbahagia dengan melihat wajah Rabb-Nya." Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat." (QS. 75:22-23)Orang-orang mukmin pada hari itu akan menjadi tamu yang paling bahagia. Sebaliknya celakalah orang-orang yang semasa hidupnya selalu mengotori dirinya, melanggar hukum-hukum Allah, menghalang-halangi tegaknya agama Allah. Karena mereka pada hari itu akan menjadi tamu yang diacuhkan oleh Allah tak dilihat, dan tak pula diajak bicara, mereka adalah tamu-tamu yang tersingkir. "Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. "(QS. 3:77)Di hari dimana mereka membutuhkan pertolongan, sedang tiada seorang penolongpun pada hari itu kecuali Allah, tapi mereka dicuekkan oleh Allah, alangkah malangnya. Di hari itulah amal manusia ditimbang, adapun kelompok pertama mereka akan mendapatkan kitab catatan amalnya dengan tangan kanannya, dengan penuh kebahagiaan mereka dipersilakan melenggang menuju surga. "Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata:"Ambillah, bacalah kitabku (ini).Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi, Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan):"Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal ang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu". (QS. 69:19-24)Dan bagi orang yang takut saat menghadap Tuhannya ada dua surga. (QS. 55:46) - Kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan. (QS. 55:48). - Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir. (QS. 55:50). - Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasang-pasangan. (QS. 55:52) - Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutra (QS.55:54)- Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan yang menundukkan pandangannya tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka tidak pula oleh jin (QS.55:56)- Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan (QS 55:58)“Mereka berada diatas dipan yang bertahtahkan emas dan permata, seraya bertelekan diatasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari mata air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk.” (QS. 56:15-19)“Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik.Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.” (QS. 56:20-27)“Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.” (QS. 56:28-34)“Adapun golongan kedua, akan menerima kitabnya dengan tangan kirinya dan dengan penuh nista mereka diseret dan dilemparkan ke dasar neraka. Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya dari sebelah kirinya, maka dia berkata:"Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku, Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu, Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaan dariku". (Allah berfirman):"Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya". Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. Maka tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.” (QS. 69:25-37)Adapun yang bakal terjadi dengan penduduk neraka bisa kita lihat dalam ayat-ayat berikut ini:1. Bagi mereka-mereka yang mengingkari ayat-ayat Allah. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 4:56)2. Bagi orang-orang yang kikir dan tidak mau menginfaqkan sebagian hartanya. Pada hari dipanaskan emas perak itu di dalam neraka Jahannam, lalu dibakarnya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan. (QS. 9:35)3. Bagi orang-orang yang suka bermewah-mewahan di dunia. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Kemudian sesungguhnya kamu hai orang yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu dengannya. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum. Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan". (QS. 56: 41-56)Itulah nasib dua kelompok manusia, tak ada lagi kelompok ketiganya. Itulah negeri akhirat sebuah kehidupan yang sebenarnya. " Bahwasanya kehidupan akhirat itulah kehidupan yang benar". Di sanalah kita semua menuju, tapi kita semua belum tahu bagaimana nasib kita kelak. Surga ataukah neraka? Semua tergantung kepada sejauh mana kita beramal di sini, di dunia ini.Wallaahu a'laam bishshawwab.[Naskah dari PIPPK - di Negara Jerman bid. Koordinasi Region Jerman Selatan II / Region 2]

Monday, October 20, 2008

Istiqomah

Istiqamah
Setiap muslim yang telah berikrar bahwa Allah Rabbnya, Islam agamanya dan Muhammad rasulnya, harus senantiasa memahami arti ikrar ini dan mampu merealisasikan nilai-nilainya dalam realitas kehidupannya. Setiap dimensi kehidupannya harus terwarnai dengan nilai-nilai tersebut baik dalam kondisi aman maupun terancam.Namun dalam realitas kehidupan dan fenomena umat, kita menyadari bahwa tidak setiap orang yang memiliki pemahaman yang baik tentang Islam mampu mengimplementasikan dalam seluruh sisi-sisi kehidupannya. Dan orang yang mampu mengimplementasikannya belum tentu bisa bertahan sesuai yang diharapkan Islam, yaitu komitmen dan istiqomah dalam memegang ajarannya dalam sepanjang perjalanan hidupnya.Maka istiqomah dalam memegang tali Islam merupakan kewajiban asasi dan sebuah keniscayaan bagi hamba-hamba Allah yang menginginkan husnul khatimah dan harapan-harapan surgaNya. Rasulullah saw bersabda:Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda, “Berlaku moderatlah dan beristiqamah, ketahuilah sesungguhnya tidak ada seorang pun dari kalian yang selamat dengan amalnya. Mereka bertanya, “Dan juga kamu Ya … Rasulullah, Beliau bersabda, “Dan juga aku (tidak selamat juga) hanya saja Allah swt telah meliputiku dengan rahmat dan anugerah-Nya.” (H.R. Muslim dari Abu Hurairah).Istiqamah bukan hanya diperintahkan kepada manusia biasa saja, akan tetapi istiqamah ini juga diperintahkan kepada manusia-manusia besar sepanjang sejarah peradaban dunia, yaitu para Nabi dan Rasul. Perhatikan ayat berikut ini;“Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. Hud:112)DefinisiIstiqamah adalah anonim dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqamah dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqamah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.Secara terminologi, istiqamah bisa diartikan dengan beberapa pengertian berikut ini;Abu Bakar As-Shiddiq ra ketika ditanya tentang istiqamah ia menjawab bahwa istiqamah adalah kemurnian tauhid (tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa dan siapa pun).Umar bin Khattab ra berkata, “Istiqamah adalah komitmen terhadap perintah dan larangan dan tidak boleh menipu sebagaimana tipuan musang”.Utsman bin Affan ra berkata, “Istiqamah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah Taala”Ali bin Abu Thalib ra berkata, “Istiqamah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”.Al-Hasan berkata, “Istiqamah adalah melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan”.Mujahid berkata, “Istiqamah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sampai bertemu dengan Allah Taala”.Ibnu Taimiah berkata, “Mereka beristiqamah dalam mencintai dan beribadah kepada-Nya tanpa menoleh kiri kanan”.Jadi muslim yang beristiqamah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan akidahnya dalam situasi dan kondisi apapun. Ia bak batu karang yang tegar menghadapi gempuran ombak-ombak yang datang silih berganti. Ia tidak mudah loyo atau mengalami futur dan degradasi dalam perjalanan dakwah. Ia senantiasa sabar dalam menghadapi seluruh godaan dalam medan dakwah yang diembannya. Meskipun tahapan dakwah dan tokoh sentralnya mengalami perubahan. Itulah manusia muslim yang sesungguhnya, selalu istiqamah dalam sepanjang jalan dan di seluruh tahapan-tahapan dakwah.Dalil-Dalil Dan Dasar IstiqomahDalam Alquran dan Sunnah Rasulullah saw banyak sekali ayat dan hadits yang berkaitan dengan masalah istiqamah di antaranya adalah;“Maka tetaplah (istiqamahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS 11:112).Ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahwa Rasullah dan orang-orang yang bertaubat bersamanya harus beristiqomah sebagaimana yang telah diperintahkan. Istiqomah dalam mabda (dasar atau awal pemberangkatan), minhaj dan hadaf (tujuan) yang digariskan dan tidak boleh menyimpang dari perintah-perintah ilahiah.“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".“Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS 41: 30-32).“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS 46:13-14)Empat ayat di atas menggambarkan urgensi istiqamah setelah beriman dan pahala besar yang dijanjikan Allah SWT seperti hilangnya rasa takut, sirnanya kesedihan dan surga bagi hamba-hamba Allah yang senantiasa memperjuangkan nilai-nilai keimanan dalam setiap kondisi atau situasi apapun. Hal ini juga dikuatkan beberapa hadits nabi di bawah ini;“Aku berkata, “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam yang aku tidak akan bertanya kepada seorang pun selain engkau. Beliau bersabda, “Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamahlah (jangan menyimpang).” (HR Muslim dari Sufyan bin Abdullah)“Rasulullah saw bersabda, “Berlaku moderatlah dan beristiqomah, ketahuilah sesungguhnya tidak ada seorangpun dari kalian yang selamat dengan amalnya. Mereka bertanya, “Dan juga Anda Ya … Rasulullah, Beliau bersabda, “Dan juga aku (tidak selamat juga) hanya saja Allah swt telah meliputiku dengan rahmat dan anugerahNya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah)Selain ayat-ayat dan beberapa hadits di atas, ada beberapa pernyataan ulama tentang urgensi istiqamah sebagaimana berikut;Sebagian orang-orang arif berkata, “Jadilah kamu orang yang memiliki istiqomah, tidak menjadi orang yang mencari karomah. Karena sesungguhnya dirimu bergerak untuk mencari karomah sementara Robbmu menuntutmu untuk beristiqomah.”Syekh Al-Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Sebesar-besar karomah adalah memegang istiqamah.”Faktor-Faktor Yang Melahirkan IstiqomahIbnu Qayyim dalam “Madaarijus Salikiin” menjelaskan bahwa ada enam faktor yang mampu melahirkan istiqomah dalam jiwa seseorang sebagaimana berikut;- Beramal dan melakukan optimalisasi“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS 22:78)- Berlaku moderat antara tindakan melampui batas dan menyia-nyiakan“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS 25:67)Dari Abdullah bin Amru, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setiap amal memiliki puncaknya dan setiap puncak pasti mengalami kefuturan (keloyoan). Maka barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada sunnahku, maka ia beruntung dan barang siapa yang pada masa futurnya (kembali) kepada selain itu, maka berarti ia telah celaka”(HR Imam Ahmad dari sahabat Anshar)- Tidak melampui batas yang telah digariskan ilmu pengetahuannya“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawaban.” (QS 17:36)- Tidak menyandarkan pada faktor kontemporal, melainkan bersandar pada sesuatu yang jelas- Ikhlas“Padahal mereka tidak disuruh melainkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS 98:5)- Mengikuti SunnahRasulullah saw bersabda, “Siapa diantara kalian yang masih hidup sesudahku maka dia pasti akan melihat perbedaan yang keras, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para Khalifah Rasyidin (yang lurus), gigitlah ia dengan gigi taringmu.”(Abu Daud dari Al-Irbadl bin Sariah)Imam Sufyan berkata, “Tidak diterima suatu perkataan kecuali bila ia disertai amal, dan tidaklah lurus perkataan dan amal kecuali dengan niat, dan tidaklah lurus perkataan, amal dan niat kecuali bila sesuai dengan sunnah.”Dampak Positif Dan Buah IstiqomahManusia muslim yang beristiqomah dan yang selalu berkomitmen dengan nilai-nilai kebenaran Islam dalam seluruh aspek hidupnya akan merasakan dampaknya yang positif dan buahnya yang lezat sepanjang hidupnya. Adapun dampak dan buah istiqomah sebagai berikut;- Keberanian (Syaja’ah)Muslim yang selalu istiqomah dalam hidupnya ia akan memiliki keberanian yang luar biasa. Ia tidak akan gentar menghadapi segala rintangan dakwah. Ia tidak akan pernah menjadi seorang pengecut dan pengkhianat dalam hutan belantara perjuangan. Selain itu jugaberbeda dengan orang yang di dalam hatinya ada penyakit nifaq yang senantiasa menimbulkan kegamangan dalam melangkah dan kekuatiran serta ketakutan dalam menghadapi rintangan-rintangan dakwah. Perhatikan firman Allah Taala dalam surat Al-Maidah ayat 52 di bawah ini;“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata, “Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.”Dan kita bisa melihat kembali keberanian para sahabat dan para kader dakwah dalam hal ini;Ketika Rasulullah saw menawarkan pedang kepada para sahabat dalam perang Uhud, seketika Abu Dujanah berkata, “Aku yang akan memenuhi haknya, kemudian membawa pedang itu dan menebaskan ke kepala orang-orang musyrik.” (HR Muslim)Pada saat seorang sahabat mendapat jawaban dari Rasulullah saw bahwasanya ia masuk surga kalau mati terbunuh dalam medan pertempuran, maka ia tidak pernah menyia-nyiakan waktunya lagi seraya melempar kurma yang ada di genggamannya kemudian ia meluncur ke medan pertempuran dan akhirnya mendapatkan apa yang diinginkan yaitu, syahadah (mati syahid). (Muttafaqun Alaih)Rasulullah saw bersabda kepada Ali bin Abu Thalib setelah ia menerima bendera Islam dalam peperangan Khaibar sebagai berikut, “Jalanlah, jangan menoleh sehingga Allah SWT memberikan kemenangan kepada kamu.” Lantas Ali berjalan, kemudian berhenti sejenak dan tidak menoleh seraya bertanya dengan suara yang keras; “Ya Rasulullah atas dasar apa aku memerangi manusia?” Beliau bersabda, “Perangi mereka sampai bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah……” (HR Muslim)Inilah gambaran keberanian para sahabat yang lahir dari keistiqomahannya yang harus diteladani oleh generasi-generasi penerus dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan Islam.- Ithmi’nan (ketenangan)Keimanan seorang muslim yang telah sampai pada tangga kesempurnaan akan melahirkan tsabat dan istiqomah dalam medan perjuangan. Tsabat dan istiqomah sendiri akan melahirkan ketenangan, kedamaian dan kebahagian. Meskipun ia melalui rintangan dakwah yang panjang, melewati jalan terjal perjuangan dan menapak tilas lika-liku belantara hutan perjuangan. Karena ia yakin bahwa inilah jalan yang pernah ditempuh oleh hamba-hamba Allah yang agung yaitu para Nabi, Rasul, generasi terbaik setelahnya dan generasi yang bertekad membawa obor estafet dakwahnya. Perhatikan firman Allah di bawah ini;“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepadamusuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS 3:146)“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS 6:82)“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS 13:28)- Tafa’ul (optimis)Keistiqomahan yang dimiliki seorang muslim juga melahirkan sikap optimis. Ia jauh dari sikap pesimis dalam menjalani dan mengarungi lautan kehidupan. Ia senantiasa tidak pernah merasa lelah dan gelisah yang akhirnya melahirkan frustasi dalam menjalani kehidupannya. Kefuturan yang mencoba mengusik jiwa, kegalauan yang ingin mencabik jiwa mutmainnahnya dan kegelisahan yang menghantui benaknya akan terobati dengan keyakinannya kepada kehendak dan putusan-putusan ilahiah. Hal ini sebagaimana yang diisyaratkan oleh beberapa ayat di bawah ini;“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS 57:22-23)“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".(QS 12: 87)Ibrahim berkata, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat".(QS 15:56)Maka dengan tiga buah istiqamah ini, seorang muslim akan selalu mendapatkan kemenangan dan merasakan kebahagiaan, baik yang ada di dunia maupun yang dijanjikan nanti di akherat kelak. Perhatikan ayat di bawah ini;“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS 41:30-32)

Azzam membela Islam

Azam Membela Islam

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk (al-Qur`an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama sekalipun orang-orang musyrik tidak menyukai” (QS At-Taubah: 33).Setiap masyarakat memiliki nilai-nilai yang diyakini bersama. Kedudukan nilai dalam sebuah masyarakat tidak hanya sebagai pemandu kehidupan tetapi juga sebagai pemberi arti bagi amal-amal yang dilakukan anggotanya. Nilai dapat mengharmonikan pluralitas yang terdapat dalam sebuah masyarakat menjadi sebuah panorama kehidupan yang indah. Oleh karena itu nilai-nilai selalu dipandang sebagai sesuatu yang amat penting, bahkan dijunjung tinggi oleh semua anggota sebuah masyarakat.Oleh karena posisi nilai dalam sebuah masyarakat demikian pentingnya maka ia selalu menjadi penggerak motivasi dan melekat kuat dalam kehidupan. Ia menjadi tradisi yang tidak dapat dipisahkan dari totalitas hidupnya. Nilai yang sudah tertanam dalam jiwa dan mentradisi itu menjadi tenaga (energi) yang mendorong seseorang untuk selalu bertekad (azam) dalam menegakkan dan bahkan membelanya. Dalam konteks kaum Muslimin nilai-nilai yang dimaksud adalah Islam, din yang mengandung tata nilai yang mengatur seluruh dimensi kehidupan. Setiap muslim seyogianya tidak hanya meyakini bahwa seluruh dimensi ajaran atau nilai-nilai Islam benar dan harus ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupannya, tetapi juga harus dibela agar Islam dapat tegak berada di atas agama-agama yang lain.هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk (al-Qur`an) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama sekalipun orang-orang musyrik tidak menyukai” (QS At-Taubah: 33).Bagi seorang Muslim azam (tekad) menegakkan dan membela Islam bukan sekadar kewajiban formal melainkan sebuah refleksi psikologis yang memantul keluar menjadi amal-amal nyata bahkan menjadi perilaku lahiriahnya yang otentik. Refleksi psikologis itu merupakan pancaran ketulusan keyakinannya terhadap kebenaran Islam dalam seluruh dimensinya. Sepanjang sejarah dakwah ketulusan keyakinan seorang da’i terhadap dakwah yang diembannya selalu menjadi energi yang dapat membangkitkan kemauan kuatnya untuk mengamalkan, mendakwakan, dan memenangkan Islam dalam percaturan kehidupan dunia. Al-Jurjani dalam kitab al-Ta’rifat menyebutkan bahwa azam adalah kemauan kuat. Kemauan kuat atau azam inilah yang memastikan seseorang tidak akan melalaikan perintah Allah dan tidak ragu menegakkan dan membela agama-Nya. Sehubungan dengan kasus Nabi Adam AS, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى ءَادَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا“Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat” (QS Thaha: 115).Sesungguhnya ada dua kondisi psikologis lain yang dapat menyempurnakan azam seorang muslim dalam mengimani, mengamalkan, mendakwakan, dan dalam membela Islam. Yaitu sabar dan tawakal. Dalam waktu yang bersamaan sabar dan tawakal seseorang merupakan refleksi kekokohan azamnya.Sabar dan tawakal dalam konteks perjuangan membela Islam ibarat dua sayap yang dapat menyapu bersih segala bentuk keraguan menerjuni medan laga. “Aku bersumpah, wahai diriku, kau harus terjun ke medan laga.” Demikian Abdullah bin Rawwahah ketika mendapati dirinya diserang kegamangan dalam menghadapi kerasnya perjuangan. Selanjutnya kedua sayap itu siap menerbangkan azam seseorang ke alam kemenangan. Sejarah selalu membuktikan kekuatan azam sebuah kelompok, betapa pun kecilnya, dapat mengalahkan kelompok besar.Sabar adalah kondisi psikologis seseorang yang tidak mudah mengeluh dalam menghadapi sesuatu yang tidak disukainya. Ada tiga keadaan yang menuntut kesabaran seseorang, yaitu dalam ketaatan kepada Allah, dari menghindari maksiat, dan ketika ditimpa musibah. Sedangkan tawakal adalah sikap kebergantungan seseorang kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Maka inti tawakal adalah penyandaran hati hanya kepada Dzat Yang Maha Kuasa, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak bergantung kepada selain-Nya. Hubungan erat dan timbal balik antara sabar dan tawakal dengan azam seseorang dapat terlihat pada firman Allah berikut,فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ“Maka bersabarlah kamu sebagaimana orang-orang yang mempunyai keteguhan hati (ulul ‘azmi) dan rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka ...” (QS Al-Ahqaf: 35).فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal” (QS, Ali ‘Imran: 159)Posisi azam dalam perjuangan dakwah jelas sangat penting. Oleh karena itu upaya membangun kemauan kuat di kalangan aktivis adalah bagian dari perjuangan itu sendiri. Sepanjang sejarah dakwah pembangunan kemauan kuat menjadi pilar utama pembentukan kader-kader yang siap terjun di medan perjuangan. Nabi Musa As., sebelum memberikan komando agar Bani Israil berani memasuki bumi yang dijanjikan, selepas mereka terbebas dari kejaran Fir’aun dan pasukannya, terlebih dahulu memberikan pengarahan kepada Bani Israel tentang pentingnya azam dalam merealisasikan cita-cita. Firman Allah,وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَءَاتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ“Ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu, ketika Ia menjadikan di tengah kalian para Nabi dan Ia jadikan kalian raja-raja (orang yang merdeka) dan Ia berikan kepadamu sesuatu yang belum pernah diberikan kepada seorang pun di dunia. Wahai kaumku, masuklah ke Tanah Suci yang telah dituliskan Allah atas kamu dan janganlah berbalik ke belakang, nanti kamu menjadi orang-orang yang merugi” (QS Al-Maidah: 20).Namun orang-orang Yahudi, karena kedegilan yang melekat pada diri mereka, tidak mampu menangkap makna pengarahan Nabi mereka. Apa yang terjadi sesudah itu membuktikan bahwa kemauan kuat, himmah (cita-cita) yang tinggi, azam yang membaja, dan tekad yang bulat menduduki posisi sentral dalam perjuangan dakwah, bahkan dalam setiap amal. Rasulullah Saw. menegaskan bahwa cita-cita yang tinggi merupakan bagian dari iman.Kenyataannya Bani Israil tetap berada dalam keraguan, tidak memiliki azam, dan tekad mereka lemah. Mereka lebih percaya kepada kekuatan materi yang tampil dalam tubuh perkasa orang-orang Amalek yang telah lama menduduki tanah Palestina itu. Mereka melupakan siapa yang menyuruh mereka memasuki tanah yang dijanjikan itu dan yang telah memberikan jaminan kemenangan.قَالُوا يَامُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ“Kami berkata, “Hai Musa, kami tak akan memasukinya selama-lamanya selama mereka ada di sana, maka pergilah engkau dan Tuhanmu, lalu berperanglah, karena kami akan duduk-duduk.” (QS Al-Maidah: 24) Dengan demikian tingkat azam seseorang dapat menentukan tingkat kualitas perjuangannya. Maka kekokohan azam seorang da’i dalam membela agamanya menentukan kualitas dan nilai amal perjuangannya. Selanjutnya kekuatan azam tersebut akan mendudukkan dirinya pada posisi terdepan dalam barisan mujahidin dan layak memperoleh penghargaan.Mereka, orang-orang yang kualitas azamannya tinggi, umumnya tidak banyak. Meski demikian mereka dapat menggerakkan mesin kemenangan. Misalnya dalam deretan nama-nama nabi kita kenal 5 nama yang diberi gelar ulul ‘azmi. Mereka adalah nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad Saw.Kaum Hawariyyun, kaum Muhajirin dan Anshar adalah kelompok-kelompok yang memiliki azam yang tinggi dalam membela agama mereka. Oleh karena itu sejarah perjuangan mereka sempat diabadikan dalam al-Qur`an. Oleh karena azam untuk membela Islam merupakan bagian dari kondisi psikis Muslim, maka kita perlu menciptakan kondisi psikis yang memungkinkan azam itu tumbuh subur dalam kalbu kita. Di sini kita perlu terus-menerus melakukan dialog dengan diri sendiri dan memastikan bahwa diri kita tidak ragu untuk memperjuangkan Islam.Untuk sampai pada kepastian itu hendaknya kita terlebih dahulu memahami arti kehidupan kita di dunia ini. Sesungguhnya kehidupan di dunia adalah sebuah ibtila` (ujian). Di sinilah kita diuji dan di sini pula ladang tempat penghimpunan bekal yang menentukan nasib kita di akhirat nanti. Oleh karena itu aktivitas fisik dan psikis kita selama hidup di alam fana harus sejalan dengan nilai-nilai yang telah kita yakini. Selanjutnya kita dituntut memiliki kesadaran batin melalui serangkaian proses “introspeksi” dan “interiorisasi” (takhliyah dan tahliyah) spiritualitas kita. Dengan bersungguh-sungguh kita terus-menerus menerapkan metode-metode pensucian jiwa yang dapat mengkristalkan/mengokohkan azam kita untuk membela Islam dan mengantarkannya kepada kemenangan sejati. Kesadaran batin tersebut merupakan energi yang tertanam dalam diri kita. Dengan kesadaran itu kita dapat melihat fenomena-fenomena kehidupan yang terpampang di hadapan kita dan menumbuhkan kepercayaan pada diri kita. Selanjutnya dengan percaya diri dan kemantapan kalbu kita melakukan mujahadah dalam menghadapi berbagai godaan yang dapat menyeret kehidupan ke jurang kenistaan. Dari kesadaran batin itulah hendaknya logika dibangun. Logika yang sederhana, mudah dicerna, dan sesuai dengan fitrah manusia. Logika yang sepenuhnya bersumber dari kesadaran dan kebersihan kalbu, yaitu motif-motif dan emosi-emosi yang paling dalam, dan dari penghayatan kita kepada nilai-nilai Islam. Logika yang tidak berupa pandangan-pandangan akal yang sering menimbulkan kebingungan dan kerancuan. Logika paling simple tetapi penuh makna, “Hidup mulia atau mati syahid.” Dengan logika itulah kita berazam. sumber : KH Rahmat Abdullah (Alm)

Asy-Syaja'ah

Asy-Syaja'ah

Asy-syaja’ah (keberanian) adalah salah satu ciri yang dimiliki orang yang istiqamah di jalan Allah, selain ciri-ciri berupa al-ithmi’nan (ketenangan) dan at-tafaul (optimisme).Jadi orang yang istiqamah akan senantiasa berani, tenang dan optimis karena yakin berada di jalan yang benar dan yakin pula akan dekatnya pertolongan Allah.Namun memang tak mudah untuk menjadi orang yang istiqamah atau teguh pendirian memegang nilai-nilai kebenaran dan senantiasa berada di jalan Allah. Bahkan Rasulullah saw. mengatakan bahwa turunnya surat Hud membuat beliau beruban karena di dalamnya ada ayat (QS. Huud [11]: 112) yang memerintahkan untuk beristiqamah,“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."Rasulullah saw. memahami benar makna istiqamah yang sesungguhnya sampai ketika Abu Sufyan bertanya hal terpenting apa dalam Islam yang membuatnya tak perlu bertanya lagi, beliau menjawab, “Berimanlah kepada Allah dan kemudian beristiqamahlah (terhadap yang kau imani tersebut)”.Di kesempatan lain, Rasulullah Saw. juga mengatakan tantangan buat orang yang istiqamah memegang Islam di akhir zaman, begitu berat laksana menggenggam bara api.Keberanian untuk tetap istiqamah walau nyawa taruhannya nampak pada diri orang-orang beriman di dalam surat Al-Buruuj (QS. 85) yang dimasukkan ke dalam parit dan dibakar oleh as-habul ukhdud hanya karena mereka menyatakan keimanannya kepada Allah Taala.Begitu pula Asiah, istri Firaun dan Masyitah, pelayan Firaun, kedua-duanya harus menebus keimanan mereka kepada Allah dengan nyawa mereka. Asiah di tiang penyiksaannya dan Masyitah di kuali panas mendidih beserta seluruh keluarganya karena mereka berdua tak sudi menuhankan Firaun.Demikian sulitnya untuk mempertahankan keistiqamahan di jalan Allah, dan demikian sulit pula untuk mewujudkan asy-syaja’ah sebagai salah satu aspeknya.Secara manusiawi seseorang memang memiliki sifat khauf (takut) sebagai lawan sifat asy-syaja’ah. Namun sifat khauf thabi’i (alamiah) yang diadakan Allah di dalam diri manusia sebagai mekanisme pertahanan diri seperti takut terbakar, tenggelam, terjatuh dimangsa binatang buas, harus berada di bawah khauf syar’i yakni takut kepada Allah Taala. Hal tersebut secara indah dan heroik terlihat gamblang pada kisah Nabi Musa As. Ibrahim As. dan Muhammad Saw.Rasa takut pada kemungkinan tenggelam ke laut merah teratasi oleh ketenangan, optimisme dan keberanian Nabi Musa As. yang senantiasa yakin Allah Swt.bersamanya dan akan menunjukinya jalan. Dan benar saja Allah memberinya jalan keluar berupa mukjizat berupa terbelahnya laut merah dengan pukulan tongkatnya sehingga bisa dilalui oleh Nabi Musa dan pengikutnya. Kemudian laut itu menyatu kembali dan menenggelamkan Firaun beserta tentaranya.Kisah yang tak kalah mencengangkannya terlihat pada peristiwa pembakaran Nabi Ibrahim As. Rasa takut thabi’i terhadap api dan terbakar olehnya teratasi oleh rasa takut syar’i yakni takut kepada Allah saja. Dan subhanallah, pertolongan Allah datang dengan perintah Nya kepada api agar menjadi dingin dan sejuk serta menyelamatkan Nabi Ibrahim As.Keberanian, ketawakalan dan kepasrahan pada Allah yang membuahkan pertolongan-Nya juga terlihat pada saat Rasulullah Muhammad Saw. bersama sahabat setianya Abu Bakar Ash-Shidiq berada di gua Tsur untuk bersembunyi dalam rangka strategi hijrah ke Yatsrib (Madinah).Kaki-kaki musuh yang lalu lalang tidak menggetarkan Rasulullah dan ketika Abu Bakar begitu mengkhawatirkan keselamatan Rasulullah Saw., beliau menenangkannya dengan berkata, “Jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita” (QS 9: 40). Dan ternyata terbukti Allah Taala memberikan pertolongan melalui makhluk-makhluk-Nya yang lain. Burung merpati yang secara kilat membuat sarang, begitu pula laba-laba di mulut gua, membuat musyrikin Quraisy yang mengejar yakin gua itu tak mungkin dilalui oleh manusia.Realita Dewasa Ini Dunia dewasa ini dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki sifat pengecut. Sebuah hadits Nabi Saw. memprediksikan di suatu masa umat Islam akan menjadi bulan-bulanan dan santapan empuk musuh-musuh Islam karena sudah mengidap penyakit wahn, yakni cinta dunia dan takut mati. Ya, penyakit wahn-lah yang menyebabkan di antara umat Islam pun banyak yang menjadi pengecut sehingga tidak lagi disegani oleh musuh-musuhnya yakni kaum kufar dan musyrikin.Dahulu yang membuat gentar musuh-musuh Islam adalah keberanian tentara-tentara pejuang-pejuang Islam yang menghambur ke medan perang dengan suka cita karena pilihannya sama-sama baik yakni hidup mulia dengan meraih kemenangan atau mati syahid di jalan Allah.Sementara kini umat Islam terpenjara oleh dunia, begitu cinta dan tertambat pada kenikmatan dunia sehingga begitu takut akan kematian yang dianggap sebagai pemutus kelezatan dan kenikmatan dunia.Begitu banyak orang yang tidak memiliki daya tahan tinggi terhadap segala tantangan dan kesulitan sehingga mudah surut, menyerah atau berputus-asa. Padahal dalam kehidupan yang semakin berat dan sulit dewasa ini begitu banyak tantangan dan marabahaya yang harus disikapi dan dihadapi dengan berani, karena bersikap pengecut dan melarikan diri dari persoalan hidup yang berat tidak akan pernah menyelesaikan masalah.Kemudian banyak pula orang yang tidak berani bersikap jujur atau berterus terang terhadap diri sendiri termasuk menyadari kekurangan, kelemahan dan keterbatasan diri. Dan sebaliknya berani mengakui kelebihan, kekuatan dan kemampuan orang lain.Seorang pengecut biasanya juga tak akan mau mengakui kesalahan. Bersikap keras kepala, mau menang sendiri dan menganggap diri tak pernah berbuat salah sebenarnya justru akan menguatkan kepengecutan seseorang yang berlindung dibalik semua sikap tersebut.Sikap pengecut lainnya adalah tidak mampu bersikap obyektif terhadap diri sendiri yakni berani menerima kenyataan bahwa ada posisi negatif dan positif dalam dirinya.Dan akhirnya sifat kepengecutan yang jelas adalah ketidakmampuan menahan nafsunya di saat marah. Salah satu ciri orang bertakwa adalah mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain (QS. 3:134). Yang disebut orang kuat adalah orang yang mau menahan dan meredam amarahnya serta tetap bisa mengendalikan dirinya di saat marah sekalipun.Jika seseorang bertindak brutal dan mengeluarkan caci maki serta kata-kata kotor, ia justru masuk kategori orang yang pengecut karena tak mampu mengendalikan diri dan menahan marah.Macam-macam Syaja’ahSyaja’ah atau pemberani tentu saja berbeda dengan bersikap nekat, “ngawur” atau tanpa perhitungan dan pertimbangan. Asy-syaja’ah adalah keberanian yang didasari pertimbangan matang dan penuh perhitungan karena ingin meraih ridha Allah. Dan untuk meraih ridha Allah, tentu saja diperlukan ketekunan kecermatan dan kerapian kerja (itqan). Buka keberanian yang tanpa perhitungan, namun juga bukan terlalu perhitungan dan pertimbangan yang melahirkan ketakutan.Paling tidak ada beberapa macam bentuk asy-syaja’ah (keberanian), yakni: 1. Memiliki daya tahan besar. Seseorang dapat dikatakan memiliki sifat berani jika ia memiliki daya tahan yang besar untuk menghadapi kesulitan, penderitaan dan mungkin saja bahaya dan penyiksaan karena ia berada di jalan Allah.2. Berterus terang dalam kebenaran. “Qulil haq walau kaana muuran” (katakan yang benar meskipun itu pahit) dan berkata benar di hadapan penguasa yang zhalim adalah juga salah satu bentuk jihad bil lisan. Jelas saja dibutuhkan keberanian menanggung segala resiko bila kita senantiasa berterus terang dalam kebenaran.3. Kemampuan menyimpan rahasia. Orang yang berani adalah orang yang bekerja dengan baik, cermat dan penuh perhitungan terutama dalam persiapan jihad menghadapi musuh-musuh Islam. Kemampuan merencanakan dan mengatur strategi termasuk di dalamnya mampu menyimpan rahasia adalah merupakan bentuk keberanian yang bertanggung jawab.4. Mengakui kesalahan. Salah satu orang yang memiliki sifat pengecut adalah tidak mau mengakui kesalahan, mencari kambing hitam dan bersikap “lempar batu, sembunyi tangan”Sebaliknya orang yang memiliki sifat syaja’ah berani mengakui kesalahan, mau meminta maaf, bersedia mengoreksi kesalahan dan bertanggung jawab. 5. Bersikap obyektif terhadap diri sendiri. Ada orang yang cenderung bersikap over estimasi terhadap dirinya, menganggap dirinya baik, hebat, mumpuni dan tidak memiliki kelemahan serta kekurangan. Sebaliknya ada yang bersikap under estimasi terhadap dirinya yakni menganggap dirinya bodoh, tidak mampu berbuat apa-apa dan tidak memiliki kelebihan apapun. Kedua sikap tersebut jelas tidak proporsional dan tidak obyektif. Orang yang berani akan bersikap obyektif, dalam mengenali dirinya yang memiliki sisi baik dan buruk.6. Menahan nafsu di saat marah. Seseorang dikatakan berani bila ia tetap mampu bermujahadah li nafsi, melawan nafsu dan amarah. Kemudian ia tetap dapat mengendalikan diri dan menahan tangannya padahal ia punya kemampuan dan peluang untuk melampiaskan amarahnya.Contoh Figur-figur Sahabat dan Sahabiyah yang Memiliki Sifat Syaja’ahBerani karena benar dan rela mati demi kebenaran. Slogan tersebut pantas dilekatkan pada diri sahabat-sahabat dan sahabiyah-sahabiyah Rasulullah saw. karena keagungan kisah-kisah perjuangan mereka.Rasulullah Muhammad saw. sendiri menjadi teladan utama saat beliau tak bergeming sedikit pun ketika disuruh menghentikan dakwahnya. Beliau pun berucap dengan kata-katanya yang masyhur, “Walaupun matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan pernah menghentikan dakwahku ini”.Keberanian dan keteguhan sikap nampak pula pada diri sepupu dan menantu Nabi saw., Ali bin Abu Thalib r.a. Ali mengambil peran yang sangat beresiko, menggantikan Rasulullah di tempat tidur untuk mengelabui musuh-musuh yang mengepung. Dan benar saja ketika tahu mereka dikelabui, mereka pun marah serta memukuli Ali hingga babak belur.Khalifah kedua yakni Umar bin Khathab juga sangat terkenal dengan ketegasan sikap dan keberaniannya. Ketika mau hijrah berbeda dengan sahabat-sahabat lain yang sembunyi-sembunyi, Umar malah berteriak lantang, “Umar mau hijrah, barang siapa yang ingin anak istrinya menjadi yatim dan janda, hadanglah Umar”.Keberanian mempertahankan akidah hingga mati nampak pada Sumayyah, ibunda Ammar bin Yasir. Beliau menjadi syahidah pertama dalam Islam yang menumbuhsuburkan perjuangan dengan darahnya yang mulia.Begitu pula Khubaib bin Adiy yang syahid di tiang salib penyiksaan dan Habib bin Zaid yang syahid karena tubuhnya dipotong-potong satu demi satu selagi ia masih hidup. Mereka berani bertaruh nyawa demi mempertahankan akidah dan itu terbukti dengan syahidnya mereka berdua.Bilal dan Khabab bin Al-Irts, yang mantan budak disiksa dengan ditimpa batu besar (Bilal) dan disetrika punggungnya (Khabab) adalah bukti bahwa keberanian tidak mengenal lapisan dan strata sosial.Ada pula anak bangsawan seperti Mush’ab bin Umair dan Sa’ad bin Abi Waqqash yang diusir dan tidak diakui lagi sebagai anak oleh orangtua mereka karena masuk Islam. Dan akhirnya wanita-wanita perkasa dan pemberani seperti Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw., Nusaibah binti Ka’ab, perisai Rasulullah saw. dan Fatimah, putri Rasulullah saw. yang menjadi bukti wanita tak kalah berani dibandingkan laki-laki dalam mempertahankan kebenaran.Kiat-kiat Memiliki Sifat Syaja’ahDengan segala kesederhanaannya, prajurit muslim Rubyi menemui Panglima besar Persia, Rustum. Pedangnya yang menyembul di pinggangnya menyaruk-nyaruk bentangan karpet mewah Persia yang digelar. Seolah-olah ingin berkata, “Aku tak butuh dan tak silau oleh semua kemewahan ini”.Rubyi bahkan berorasi dengan lantangnya, “Kami datang untuk membebaskan kalian dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Kami datang untuk membebaskan kalian dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat”.Keberanian, yang ditunjukkan Rubyi adalah buah dari keimanan dan ketakwaannya. Karena ia meyakini hanya Allahlah Yang Maha Besar dan patut ditakuti, dan manusia sehebat dan sekaya apapun kecil dibandingkan Allah Yang Agung.Jadi kiat utama untuk memiliki sifat syaja’ah adalah adanya daya dukung ruhiyah berupa keimanan dan ketakwaan yang mantap. Iman dan takwa ini akan membuat seseorang tidak takut pada apapun dan siapa pun selain Allah.Kemudian bermujahadah melawan segala rasa takut, cemas dan khawatir yang secara manusiawi ada pada setiap manusia.Berikutnya bisa pula dengan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah saat menasihati Khabbab bin Harits yang berkeluh kesah atas beratnya penderitaan yang dialaminya, beliau mengingatkan Khabbab akan perjuangan para Nabi dan orang-orang shaleh terdahulu yang jauh lebih berat tapi mereka tetap berani dan tabah. Jadi kita bisa memupuk keberanian dan kesabaran dengan berkata, “Ah... cobaan ini belum seberapa dibanding yang pernah dialami orang-orang shaleh terdahulu”.Dan akhirnya kejelasan misi dan visi perjuangan serta senantiasa mengingat-ingat imbalan optimal berupa ampunan dan surga-Nya kiranya akan memperbesar keberanian dan semangat juang, insya Allah. ( Disadur dari Kumpulan Materi Tarbiyah )Wallahu a’lam.

10 Sahabat di jamin masuk Surga

10 Sahabat Ahli Surga"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang petama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dengan mereka dan mereka ridho kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung." (Qs At-Taubah : 100)
Berikut ini saya ambilkan dari bukunya Bey Arifin, Samudera Al-Fatihah yang diterbitkan pada tahun 1965, mengenai 10 orang sahabat terdekat Rasul sekaligus yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).
1. Abu Bakar Siddiq ra. Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : "Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:"Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita". Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.2. Umar Bin Khatab ra. Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah. 3. Usman Bin Affan ra. Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi'. 4. Ali Bin Abi Thalib ra. Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang. 5. Thalhah Bin Abdullah ra. Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah. 6. Zubair Bin Awaam Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.7. Sa'ad bin Abi Waqqas Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi'. 8. Sa'id Bin Zaid Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi'. 9. Abdurrahman Bin Auf Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi'. 10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah Masuk Islam bersama Usman bin Math'uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

Hidup adalah Ujian

HIDUP ADALAH UJIAN
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, tiada suatu wujud yang dipuji dan dipuja walau dalam bencana kecuali kepada Allah. Jangan menggerutu, jangan bersangka buruk kepada Tuhan. Pujilah Dia walau dalam bencana. Memang pasti banyak pertanyaan yang muncul. Setiap ada musibah, setiap ada malapetaka, pasti kita bertanya-tanya. Mengapa demikian ? Apalagi malapetaka ini yang demikian besar, yang sementara orang mengatakan “tidak mampu lagi dipikul oleh manusia”. Kita boleh bertanya, kita boleh mencari tahu, tetapi sekali lagi jangan bersangka buruk kepada Tuhan, tapi bersangka baiklah kepadaNya. Allah Rabbul ‘Alamin. Dia pemelihara seluruh Alam. Dia mengatur keseimbangan alam raya ini. Terkadang diambilnya disini sedikit, untuk diberinya disana. Diberinya disana banyak untuk diserahkan kemari. Karena Dia pemelihara seluruh alam. Dalam surah Ar Rahman, Allah berfirman : “Seluruh makhluk yang ada di alam raya ini, bermohon kepada Tuhan, dan setiap saat Tuhan melayani mereka”. Kita tidak hanya hidup di dunia, karena itu jangan mengukur sesuatu dengan ukuran dunia saja. Masih ada hidup yang jauh lebih panjang. Mereka yang menderita di dunia, belum tentu menderita di akhirat. Dan kata orang, tidak jarang ada hari-2 dimana kita menangis, setelah berlalu hari-2 itu kita menangis lagi, merenung, mengapa dulu kita menangis ?. Kita tidak tahu banyak hal, karena itu Allah berfirman :”Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal baik buat kamu”, boleh jadi kamu tidak senang kepada sesuatu tapi di balik itu Allah menjadikan kebaikan yang banyak buat kamu. Itu prinsip-2 dasar setiap kita menghadapi musibah. Sekali lagi jangan menggerutu. Silahkan menangis. Rasulpun sewaktu mendapat musibah, beliau menangis. Sahabat-2nya bertanya, apa ini wahai Rasul ? Beliau bersabda : “Ini adalah pertanda rahmat dan kasih sayang, kita tidak berucap kecuali apa yang diridhai Allah”. Mari kita lihat lembaran-lembaran Al-Quran, bagaimana uraiannya tentang musibah. Sebenarnya ada paling tidak ada 4 kata yang digunakan Al-Quran untuk menggambarkan sesuatu yang tidak berkenan di hati seseorang, diantaranya :
- Musibah (sudah masuk perbendaharaan bahasa Indonesia),
- Bala’ (sudah masuk juga dalam perbendaharaan bahasa Indonesia),
- Fitnah (masuk dalam perbendaharaan bahasa Indonesia, tetapi dalam pengertian yang lain - Fitnah dalam bahasa Al-Quran, artinya ujian atau siksaan),
- Imtihan (ujian yang maknanya melapangkan qalbu seseorang. Tujuan dari setiap ujian adalah melapangkan qalbunya sehingga kualitasnya naik).
Kita akan bahas 2 dari keempat kata tersebut yaitu Musibah dan Bala’. Musibah dalam bahasa Indonesia diartikan bencana, kemalangan, cobaan. Dalam AlQuran ada 67 kali kata yang seakar dengan kata ‚musibah’ dan 10 kali kata ‚musibah’. Musibah pada mulanya berarti sesuatu yang menimpa atau mengenai. Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidak selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik. Memang kata musibah konotasinya selalu buruk, tetapi karena boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu, sebenarnya baik, maka AlQuran menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk. Memang AlQuran mengisyaratkan bahwa “tidak disentuh seseorang oleh musibah kecuali karena ulahmu”, tetapi disisi lain, ketika AlQuran berbicara tentang Bala’, dikatakannya musibah itu datang dari Allah swt. Tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas ijin Allah ketika kita berbicara tentang Bala’ (yang diartikan juga bencana). Sebenarnya Bala’ pada mulanya berarti menguji bisa juga berarti menam pakkan. Seseorang yang diuji itu dinampakkan kemampuannya.
Hidup ini adalah ujian. Itu sebabnya Allah swt menyatakan :”Allah yang menciptakan hidup dan mati, untuk menguji kamu, untuk melihat bagaimana kualitas kamu, siapa yang diantara kamu yang lebih baik amalnya”. Kita lihat ujian/bala’ datangnya dari Tuhan. “Kami pasti akan menguji kamu sampai Kami tahu siapa orang-2 yang berjihad di jalan Allah dan bersabar”. Allah menurunkan bala’ tanpa campur tangan manusia. “Kami pasti menurunkan sedikit rasa takut, sedikit rasa lapar, kematian sanak keluarga”. “Berilah berita gembira kepada orang2 yang sabar”. Hidup ini ujian. Ujian ini bisa berupa sesuatu yang disenangi, bisa juga berbentuk sesuatu yang tidak disenangi. Siapa yang menduga bahwa kekayaan dan kesehatan adalah tanda cinta Tuhan ? Dia telah keliru. Siapa yang menduga bahwa suatu hal yang terasa negatif adalah tanda benci Tuhan ? Itupun dia telah keliru. Allah mengecam kepada orang-2 yang apabila diberi nikmat oleh Tuhan, lantas berkata “saya disenangi Tuhan”, dan kalau Tuhan menguji dia sehingga mempersempit hidupnya, dia lantas berkata “Tuhan membenci saya, Tuhan menghina saya”. Jangan duga, saudara-2 kita di Aceh yang meninggal dan ditimpa musibah, dibenci Tuhan. Jangan duga, yang menderita itu dimurkai Tuhan. Jangan duga yang berfoya-2 disenangi Tuhan. “KALLAA” (TIDAK). Disini Allah menggunakan kata BALA’ -yang artinya menguji, karena itu jangan cepat-cepat berkata bahwa bencana itu murka Tuhan. Dulu jaman Nabi, banyak sahabat gugur di medan perang, terluka sekian banyak sahabat Nabi, bahkan Nabipun terluka. Allah swt pasti tidak benci pada Nabi, sehingga beliau terluka. Allah pasti merestui sahabat-2 yg gugur itu, walaupun mereka menderita. Ketika itu turun ayat :”Jangan merasa rendah hati, jangan merasa terhina, jangan larut dalam kesedihan. Kamu adalah orang-2 yang mendapat kedudukan yang tinggi selama kamu beriman”. Di Surat Ali Imran, Allah berfirman, tujuan Allah turunkan cobaan ini adalah supaya Allah mengangkat dari kalangan kamu sebagai syuhada’. Kita bisa berkata bahwa yang gugur mendapatkan bencana ini, disiapkan oleh Tuhan tempat yang tinggi, karena mereka adalah orang-2 mukmin. Dan tujuan Allah turunkan bencana ini adalah supaya Allah mengetahui siapa orang2 yang benar-2 beriman dan yang tidak. Karena itu jangan menggerutu, karena Allah memberikan tempat yang sebaik-2nya. Allah berfirman bahwa Allah juga akan membersihkan hati kamu dan menghapus dosa-2 kamu. Melihat kondisi saudara-2 kita di Aceh, kita jadi sedih, kita menjadi menangis , tapi agama mengingatkan kita semua bahwa Tuhan punya tujuan. Dalam hidup ini, Allah menciptakan orang-2 untuk tujuan-2 tertentu. Dalam sebuah hadits, Allah menciptakan makhluk-2 yang ditugaskannya untuk memenuhi kebutuhan makhluknya yang lain. Ada orang-2 kaya yang diberi kekayaan, yang sebenarnya dipilih Allah agar orang-2 itu memberi bantuan kepada orang-2 yang butuh. Mudah-2an kita termasuk orang-2 yang dipilih Allah itu. Ada lagi orang-2 yang diciptakan Allah untuk menjadi alatnya Tuhan untuk mengingatkan orang lain. Para syuhada’ ini adalah alat-2 yang dipilih Allah. Itu sebabnya kita baca di dalam Al Quran ada istilah “IBADULLOHIL MUKHLASHIN atau hamba-2 Allah yang dipilih”. Sekarang ini banyak orang yang lengah dan lupa kepada Allah. Memang rutinitas sering menjadikan kita lupa kepada Allah. Karena itu kita perlu diingatkan. Ada orang-2 yang tidak menyadari adanya Allah karena melihat segala sesuatu berjalan harmonis. Tuhan ingin mengingatkan orang-2 tersebut, bahwa jangan duga Allah telah lepas tangan. Diingatkannya manusia melalui bencana. Kalau dulu sekian banyak orang yang lupa Allah, sekarang Dia mengingatkan kita melalui rahmatNya. Itu sebabnya di dalam AlQuran, disebutkan :”Apakah mereka tidak sadar bahwa setiap tahun Kami mencoba mereka, Kami menurunkan ujian kepada mereka supaya mereka sadar, supaya mereka bertaubat ?”. Jadi sekali lagi, saya (Quraish Shihab) tidak melihat ini sebagai murka Allah. Ini rahmatNya kepada kita yang hidup, supaya kita ingat kepada Allah, supaya lebih dalam lagi solidaritas kita, supaya kita lebih dekat lagi kita kepada Allah, supaya lebih terasa lagi kehadiran Allah. Dan yang gugur, yang luka, yang menderita itu dijadikan oleh Allah sebagai alat-2Nya untuk mengingatkan kita, itulah mereka yang dinamai dengan “Ibadullohil Mukhlashin atau Hamba2 Allah yang terpilih”. Dia pilih orang-2 yang gugur, Dia pilih anak-2, Dia pilih orang-2 yang tidak berdosa, Dia pilih orang-2 tua, untuk Dia jadikan syuhada, Dia jadikan saksi-2, Dia jadikan alat-2Nya. Untuk siapa ? Untuk kita yang hidup. Allah tidak menyia-2kan mereka. Di dalam hadits, Allah katakan, Seandainya bukan karena anak-2 yang masih menyusu, seandainya bukan karena orang tua yang sedang bungkuk, seandainya bukan karena binatang-2, niscaya Allah akan menjatuhkan siksa kepada kamu, siksaan yang luar biasa. Tapi mengapa yang diambil olehNya disana anak-2, orang tua, binatang ? Itu yang menjadikan kita bersangka baik kepada Allah dan menyatakan bahwa ini bukan murka, ini hanya peringatan. Kita terima itu. Peringatan untuk kita yang hidup. Kita tidak perlu larut dalam kesedihan, tetapi kita perlu mengambil pelajaran. Salah satu pelajaran adalah kita lihat di televisi, kita lihat badan-2 mereka, rupanya begitulah badan kita. Jangan terlalu memberi perhatian kepada badan, namun melupakan ruh. Itu pelajaran yang dapat kita angkat. Jangan menilai orang dari penampilannya. Lihatlah itu semua, dan ingat dalam Al Quran, Allah berulang kali, apakah penduduk negeri itu merasa aman, bahwa peringatan Kami datang secara tiba-2 ketika mereka sedang bermain-2. Ini yang kita lihat. Ini sebenarnya kiamat kecil, bahkan boleh jadi yang mengalaminya tak menduga itulah kiamat. TIBA-2, begitulah jadinya nanti. Sebenarnya tujuannya adalah untuk kita. Allah merahmati kita dengan memberi peringatan. Belum sampai pada murkaNya, dan jangan duga itu murkaNya. Ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib, ditikam, beliau berteriak : “Demi Allah, saya telah memperoleh keberuntungan”. Beruntung karena mati. Allah mengangkat derajat beliau, Allah mendudukkan pada kedudukan yang demikian tinggi karena mati syahid. Nah, kalau kita membaca ayat di Surat Ali Imran :”… supaya Dia mengangkat diantara kamu Syuhada (orang-2 yang menjadi saksi) dan untuk membersihkan hati kamu dari segala macam dosa’”. Untuk orang-2 yang meninggal, kita antar dengan rasa sedih tetapi dalam saat yang sama beruntunglah mereka. Dan yang tinggal, kita harapkan mendapatkan pelajaran dari ujian ini, dari bencana ini. Mudah-2an kita dapat menyusul mereka dalam kematian yang diridhai Allah. Itu sebabnya ada doa yang diajarkan Nabi :”Wahai Allah, kami bermohon kepadamu, hidup yang sebaik-2nya, dan kematian yang sebaik-2nya, serta segala yang baik yang berada diantara hidup dan mati. Ya Allah, hidupkanlah kami dalam kehidupan orang-2 yang bahagia, kehidupan orang-2 yang Engkau senangi agar dia tetap hidup, dan wafatkanlah dalam wafat orang-2 yang syahid (orang-2 yang Engkau sukai untuk bertemu dengannya). Ya Allah, ampunilah orang-2 yang meninggal dan yang masih hidup, anak-2 kecil, orang-2 dewasa, baik yang perempuan maupun yang laki-2″. RABBANAA AATINA FIDDUNYA HASANAH WA FIL AKHIRATI HASANAH WA QINA ADZABANNAR (Ya Tuhanku, berilah kepadaku kehidupan dunia yang baik, kehidupan akhirat yang baik dan jauhkan kami dari siksa api neraka)
http://blog.efx2.com/user/aceh/Refleksi%20sahabat/note : amalkan ilmu, sampaikan walau satu ayat, salah satu amalan yang akan terus mengalir walau seseorang sudah mati adalah ilmu yang bermanfaat.
“Amal (yang menentukan) itu tak lain adalah amalan yang terakhir” (HR.Bukhari)

Biografi Abu Ihsan

Sumanto, lahir di utara palin gujung kota kecil yang memproduksi susu sapi, di daerah boyolali. Hidup dengan 5 bersaudara, dan sejak kecil sudah terbiasa dengan hidup perjuangan karena dibesarkan di dalam keluarga sederhana, dengan ayah seorang petani dan ibu pedagang pinggiran pasar. Menempuh di bangku SD lulus tahun 1985, dengan bermodalkan lulusan SD terbaik kemudian melanjutkan ke SMPN 1 Kedung jati, kota kecil di penghujung kabopaten Grobogan. Dengan mendapatkan penghargaan dari BRI berupa biasiswa, akhirnya dapat melanjutkan ke SMA N2 Boyolali. Alhamdulillah sekalipun dengan kesibukan sebagai marbot masjid di masjid Sekolah, saya dapat memenuhi harapan orang tua, karena selama menempuh pendidikan di SMA dengan jurusan A1 ( Fisika) saya berhasil lulusan dan dapat diterima melalui jalur PMDK di Jurusan Matematika FKIP UNS Solo. Selama menempuh pendidikan S2 di Solo, dijalaninya dengan penuh perjuangan, kembali dipercaya menjadi marbot masjid kampus, sempat aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kampus dan dua tahun dipercaya menjadi asisten dosen untuk program penyetaraan S1.

Lulus S1 pada tahun 1995 dan langsung mengabdi di dunia pendidikan, pertama saya mengajar di SMP 13 Boyolali, pengalaman luar biasa saya dapatkan disana. Sekalipun tidak terlalu mirip dengan gambaran sekolah SD Muhammadiyah gantong ( dalam film laskar pelangi) namun sesungguhnya demikianlah perjuangan saya ketika mengajar di sekolah ini. Satu tahun kemudian saya memutuskan untuk pindah profesi, saya diterima di perusahaan Buku.