Ahlan wa Sahlan

" Selamat Datang di Blog Manto Abu Ihsan,...Silahkan kunjungi juga ke www.mantoakg.alazka.org

Manto Abu Ihsan " Hadir untuk perubahan"

Manto Abu Ihsan " Hadir untuk perubahan"
H.Sumanto, M.Pd : " Siap membantu dalam kegiatan Motivation Building, Spiritual Power, Get Big Spirit and Character Building."

Tuesday, November 30, 2010

AMALAN Yang Dibayar TUNAI, Siapa Yang MENANAM, Dia Yang akan MENUAI

Segala puji itu hanyalah milik Allah. Dialah zat yang telah menyempurnakan
nikmat-Nya untuk kita dan secara berturut-turut memberikan berbagai
pemberian dan anugerah kepada kita.

Semoga Allah menyanjung dan memberi keselamatan untuk Nabi kita Muhammad,
keluarganya yang merupakan manusia pilihan dan semua sahabatnya yang
merupakan manusia-manusia yang bertakwa seiring silih bergantinya malam dan siang.

Kita pasti pernah mendengar peribahasa ini, "Siapa yang menanam, Dia yang akan menuai."
Maksudnya, jika seseorang menanam kebaikan, maka ia akan menuai kebaikan pula.
Dan jika seseorang menanam kejelekan, maka ia akan menuai hasil yang jelek pula.
Berikut beberapa contoh dalam Al Quran dan hadits yang menceritakan maksud dari peribahasa ini.

Menjaga Hak Allah, Menuai Penjagaan Allah

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengajarkan pada Ibnu Abbas
-radhiyallahu anhuma- sebuah kalimat,
احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ

"Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu."[1]

Yang dimaksud menjaga Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan,
hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya
dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak
melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah).
Orang yang melakukan seperti ini, merekalah yang menjaga diri dari
batasan-batasan Allah. Yang utama untuk dijaga adalah shalat lima waktu
yang wajib. Dan yang patut dijaga lagi adalah pendengaran, penglihatan dan
lisan dari berbagai keharaman. Begitu pula yang mesti dijaga adalah
kemaluan, yaitu meletakkannya pada yang halal saja dan bukan melalui jalan
haram yaitu zina.[2]

Barangsiapa menjaga diri dengan melakukan perintah dan menjauhi larangan,
maka ia akan mendapatkan dua penjagaan.

Penjagaan pertama: Allah akan menjaga urusan dunianya yaitu ia akan
mendapatkan penjagaan diri, anak, keluarga dan harta.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, "Barangsiapa menjaga (hak-hak) Allah,
maka Allah akan menjaganya dari berbagai gangguan."
Sebagian salafmengatakan, "Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah akan menjaga
dirinya. Barangsiapa lalai dari takwa kepada Allah, maka Allah tidak ambil
peduli padanya. Orang itu berarti telah menyia-nyiakan dirinya sendiri.
Allah sama sekali tidak butuh padanya."

Jika seseorang berbuat maksiat, maka ia juga dapat melihat tingkah laku
yang aneh pada keluarganya bahkan pada hewan tunggangannya. Sebagaimana
sebagian salaf mengatakan, "Jika aku bermaksiat pada Allah, maka pasti aku
akan menemui tingkah laku yang aneh pada budakku bahkan juga pada hewan
tungganganku."[3]

Penjagaan kedua: Penjagaan yang lebih dari penjagaan pertama, yaitu Allah
akan menjaga agama dan keimanannya. Allah akan menjaga dirinya dari
pemikiran rancu yang bisa menyesatkan dan dari berbagai syahwat yang
diharamkan.[4]

Semoga dengan menjaga hak-hak Allah, kita semua bisa menuai dua penjagaan
ini.

MA’NA DINNUL ISLAM

Agama Islam berasal dari Allah. Memahami Islam secara benar akan mengantarkan umatnya untuk mengamalkannya secara benar pula. Sekarang ini problematika umat yang mendasar yaitu ketidak fahaman terhadap Al Islam sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu memahami “Dinnul Islam” adala suatu keharusan bagi umat Islam.
Pertama untuk memahami Islam secara benar adalah memahami makna kata ISLAM secara lughowi (bahasa). Al Islam berasal dari akar kata salima, mengandung huruf-huruf :sin, mim dan lam. Dari ketiga huruf tersebut akan menurunkan kata-kata jadian yang kesemuanya memiliki titik temu (al istiqo al kabir). Dari kata salama muncul:

1. Aslama
Artinya adalah menundukan atau menghadapkan wajah. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 125:
“ Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agam ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya”.
Allah ingin memberikan pemahaman bahwa orang yang terbaik dalam ketundukannya kepada Allah yaiyu orang yang menundukan wajahnya dan berarti seluruh jiwa dan raganya merupakan cerminan dari ketundukan kepada Allah. Rahasia kata wajah dalam al qur’an ialah:
a. dari segi bahasa wajh (muka) adalah anggota tubuh yang paling mulia.
b. Kata wajh ada hubungannya dengan kata iftijah (arah / orientasi), artinya seorang muslim orientasinya hanya kepada Allah.

2. Sallama
Artinya menyerahkan diri, jadi orang yang beragama Islam (muslim) adalah orang yang sacara totalitas menyerahkan dirinya hanya kepada Allah saja dan hal tersebut adalah konsekuensi logis akan keimanan dan ke-Islaman seorang muslim. Sesuai firman Allah dalam Al Qur’an surat An Nisa ayat 65 : “ Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima sepenuhnya”.

3. Salaama
Artinya kesejahterahan atau keselamatan, jadi orang yang mengikuti ajaran Islam adalah orang yang selamat baik dunia maupun akhirat. Keselamatan tersebut adalah menurut Allah yaitu keselamatan dalam arti yang sebenarnya, sebagaimana firman Allah pada surat Al An’am ayat 54: “ Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu,maka katakanlah “Salamun ‘alaikum” , Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan diantara kamu lantaran kejahilan, kemudian bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Keselamatan dan kesejahterahan dalam Islam bukan hanya diperuntukan kaum muslimin saja tetapi juga untuk umat manusia yang lainnya bahkan flora dan faunapun merasa aman. Contoh dalam suasana peperangan, pemimpin pasukan muslim ketika melepas pasukannya memberikan wasiat agar tidak membunuh orang-orang tua, wanita-wanita yang tidak ikut berperang dan anak-anak kecil serta tidak boleh merusak tempat-tempat ibadah juga tidak boleh menebang pohon-pohonan.
Sebaliknya jika manusia tidak mengamalkan Islam baik yang muslim atau bukan maka manusia dan makhluk lainnya terancam keselamatannya.

4. Siliim
Artinya kedamaian, jadi Islam mengajak umat manusia ke kehidupan yang penuh kedamaian. Allah berfirman dalam surat Al Baqorah ayat 208: “ Hai orang-orang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara menyeluruh dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu ”. Tiada kedamaian yang hakiki kecuali dalam Islam, perdamaian yang tidak berangkat dari ajaran Islam adalah semu. Oleh karena itu orang banyak tertipu dengan slogan-slogan perdamaian yang disampaikan oleh orang-orang yang tidak islami. Dengan begitu ketika manusia tidak mengikuti ajaran Islam berarti dia tidak menikmati kedamaian baik dunia maupun akhirat.
Allah berfirman dalam hadist kutsi “ telah Ku ciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif”. Hanif ialah kecendrungan kepada kebenaran dan jauh kepada kebatilan. Tetapi mengapa manusia banyak melakukan kemaksiatan-kemaksiatan dan jauh dari Allah, ini karena peran syaitan dengan langkah-langkahnya membuat manusia jauh dari Allah. Sesuai dengan firman Allah surat Al baqorah ayat 208 diatas yang bermakna bagi 0rang-orang yang beriman tidak menyeluruh masuk ke dalam Islam berarti dalam perangkap syaitan dan syaitan adalah musuh manusia yang jelas.

5. Sullam
Artinya adalah tangga. Tangga bermakna bertahap, ini menggambarkan kepada manusia bahwa ajaran Islam memperhatikan apa yang disebut tadarruj (tahapan). Dicontohkan ketika Allah mengharamkan Khomer (minuman keras). Pada saat Islam turun di Mekkah perikehidupan manusianya penuh jahiliyahan (kebodohan) dan kebiasan minum Khomer atau arak sudah menjadi tradisi sedangkan arak tersebut adalah minuman yang merusak akal tetapi Al qur’an tidak langsung mengharamkan sejak awal. Banyak para sahabat nabi ketika itu termasuk Umar bin Khattab r.a suka meminum khomer walaupun sudah berislam. Setelah 13 tahun Rasulullah berdakwah, barulah turun ayat yang mengharamkan khomer dan pada saat itu banyak jalan-jalan di Madinah menjadi sungai khomer.
Dalam penciptaan bumi Allah melakukannya secara bertahap yaitu dalam 6 masa walaupun sebenarnya Allah hanya sekali saja dapat menciptakan bumi. Hal ini memberikan pelajaran bahwa munculnya sesuatu membutuhkan proses. Begitu pula didalam da’wah Islam yang merupakan kewajiban seorang muslim yang harus disampaikan kepada seluruh manusia yang prosesnya harus tadarruj.
Dengan begitu orang yang memeluk agama Islam adalah orng yang menaiki tangga menuju ketinggian martabat manusia yang akan mendapatkan kedudukan dihadapan Allah yang sangat tinggi. Ketinggian martabat Islam terletak sejauh mana seorang muslim komitmen terhadap Islam.

Makna Islam secara istilah

1. Al wahyu illahi ( Wahyu Allah)
Secara istilah Al-Islam ialah suatu ajaran dimana manusia harus tunduk pada wahyu-wahyu Allah yang diturunkan melalui nabi-nabinya terutama Rasulullah saw. Al qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan melalui nabi Muhammad saw jadi Islam adalah Al qur’an dan Al qur’an adalah petunjuk Allah, sesuai dengan firman-Nya: “ Sungguh Al Qur’an ini memberikan petunjuk yang lurus”. Dengan kata lain Islam itu apa yang di firman Allah dan disabdakan oleh Rasulullah saw.

2. Islam dinnul anbiya (Islam agama para nabi dan mursalin)
Islam merupakan agama para nabi mulai dari nabi Adam As sampai nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad saw. Sebagaimana yang dikisahkan dalam Al qur’an, Nabi Nuh As bersabda “ Dan aku diperintahkan menjadi orang-orang Islam “. Juga Nabi Ibrahim As bersabda “Jadikanlah Ya Allah orang-orang yang beragama Islam, aku dan anakku (Ismail As)”.

3. Islam minhajul hayat ( Islam pedoman kehidupan )
Al minhaj wal manhaj at thorighul wadih artinya minhad (pedoman / sistem) atau manhad adalah jalan yang jelas. Islam adalah pedoman dalam seluruh aspek kehidupan politik, sosial dan badaya meliputi dimensi ruang dan waktu. Islam meurpakan ajaran yang universal
Bedanya Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW dengan risalah yang dibawa rasul lainnya ialah bahwa Islam yang dibawa nabi yang terdahulu bersifat lokal hanya untuk kaumnya saja tetapi Islam yang diturunkan melalui nabi Muhammad saw untuk seluruh manusia rahmatan lil’alamin (rahmat semesta alam), karena itu hukum Islam berlaku untuk semua baik muslim maupun non muslim.
Jika suatu negara menerapkan hukum Islam maka hukum yang berlaku bukan hanya untuk kaum muslim saja atau non muslim saja melainkan untuk seluruhnya sebagaimana yang dicontohkan pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, inilah keadilan Islam. Tidak ada pedoman hidup atau perundangan-undangan yang menandingi hukum Islam. Sebagai contoh negara Amerka Serikat pada tahun 1919 memberlakukan undang-undang yang melarang minuman keras tetapi karena sebagianbesar penduduknya tidak siap maka undang-undang tersebut dicabut pada tahun 1933.
Hanya 14 tahun undang-undang pelarangan Mminuman keras berlaku pada saat itu hampir jutaan orang dipenjara karena melanggar undang-undang tersebut dan jutaan dollar keluar untuk mengurusi malah tersebut, tetapi akhirnya tidak mampu mengatasi karena orang-orang Amerika Serikat tidak tunduk pada peraturan. Sedangkan hukum / undang-undang Islam dipersiapkandahulu manusianya dengan kondisi keimanan sebagaimana saat Allah mengharamkannya khomer, jalan-jalan di Madinah dibanjiri khomer yang dibuang oleh kaum muslimin.

4. Ahkamullah fi kitabihi wa sunnaturrasulihi ( hukum Allah yang ada dalam Al Qur’an dan As Sunnah)
Islam itu adalah hukum-hukum Allah yang terkandung dalam Al Qur’an dan Al Hadist. Al hadist (Sunnah Rasul) unrtuk menjenlaskan ayat-ayat Al Qur’an agar manusia lebih memahami. Dan Al Qur’an adlah kitab yang tranfaran yang dapat dibaca oleh setiap manusia, ini bukti bahwa seorang muslim bercermin pada pribadi Rasulullah.

5. As Sirathul Mustaqim (Jalan yang lurus)
Islam adalah jalan yang lurus. Seorang muslim ialah orang yang jalannya lurus, sebagaimana yang terdapat dalam surat Al Fatihah “ Tunjukilah kami jalan yang lurus”.

6. Salaamutul dunia wal akhirat (selamat dunia dan akhirat)
Islam adalah keselamatan dunia dan akhirat. Dicontohkan pada zaman kehidupan Rasul bersama para sahabatnya dapat disebut juga zaman kebersihan jiwa. Dikisahkan dengan seorang wanita Al Ghomidiah yang telah ber-zina, dan dilaporkannya perbuatan tercela tersebut kepada Rasulullah saw agar dia dihukum. Tetapi tidak langsung memberlakukan hukum rajam karena teryata wanita itu dalam keadaan hamil, Rasulullah memerintahkannya agar pulang dan kembali lagi setelah melahirkan. Setelah melahirkan wanita itu datang kembali menemui Rasulullah agar segera dihukum, tetapi wanita tersebut diperintahkan pulang agar menyusui bayinya sampai cukup besar. Beberapa lama kemudian setelah 2 tahun menyusui bayinya wanita tersebut datang kepada Rasulullah, barulah Rasulullah memberlakukan hukum rajam kepada waniti Al Ghomidiah tersebut. Kisah tersebut menunjukan bahwa wanita itu lebih takut azab Allah yang lebih dasyat daripada siksa dunia. Keselamatan dunia dan akhirat yang benar adalah menurut Allah dan Rasul-Nya. Ketika mengajak umat manusia untuk memeluk Islam berarti mengajak kepada keselamatan dunia dan akhirat.
Jihad adalah suatu keselamatan karena kalau tidak berjihadyang terjadi adalah kezholiman. Jika kezholiman berkuasa maka tidak akan menjamin adanya keselamatan dan jihad diwajibkan oleh Allah karena adanya kezholiman.Surat Al Hajj ayat 39 menjelaskan ” Telah diizinkan ( berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu “. Abu Bakar r.a. berwasiat “Jika suatu kaum meninggalkan jihad maka kaum tersebut akan dihinakan”.

Islam menurut lughawi ( definisi )

1. Dinnul haq ( Agama yang benar )
Kebenaran yang hakiki hanya datang dari Allah, bukan dari bapak-bapak atau nenek-nenek moyang manusia. Sesuai firman Allah pada surat Al Maaidah ayat 104, “ Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati dari bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?”
Islam adalah agama yang haq (benar) maka papun yang bertentangan dengan Islam adalah bathil. Seperti yang dijelaskan dalam Ai Qur’an Surat Yunus ayat 32 “.... maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. ...”

2. Dinnullah ( Agama Allah )
Islam disebut Dinnullah ajaran Islam berasal dari Allah. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Imran ayat 19: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. ...”

3. Dinnul Islam
Kehidupan muslim harus tunduk kepada Islam. Ad din artinya ketundukan, ketundukan atau ketaatan seorang muslim terhadap Allah dan Rasul-Nya hukumyan adalah mutlak .

Pemahaman Islam sesuai yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya adalah Islam yang Ya’lu wala yu’la alaihi ( Islam adalh tinggi dan tiada yang menandinginya ). Ketinggian umat Islam berbanding lurus dengan ketinggian Islam. Jika umat Islam berkomitmen terhadap Islam maka menjadi umat yang tinggi dan berwibawa, tetapi jika umat Islam meninggalkan Islam maka umat itu akan dihinakan.

BAHAYA RIYA

Riya berasal dari kata ru’yah (penglihatan) sebagaimana sum’ah berasal dari kata sam’u (pendengaran) dari sekedar makna bahasa ini bisa difahami bahwa riya adalah ingin diperhatikan atau dilihat orang lain. Dan para ulama mendefiniskan riya adalah menginginkan kedudukan dan posisi di hati manusia dengan memperlihatkan berbagai kebaikan kepada mereka.
Dari definisi tersebut jelas bahwa dasar perbuatan riya’ adalah untuk mencari keredhoan, penghargaan, pujian, kedukan atau posisi di hati manusia semata dalam suatu amal kebaikan atau ibadah yang dilakukannya.
Lebih jauh, Nabi Muhammad menyamakan amal dengan ria itu dengan syirik. Kata Nabi, Sesuatu yang paling aku takuti terjadi padamu sekalian adalah penyakit syirik kecil. Para sahabat bertanya, Apa itu syirki kecil? Nabi menjawab, Itulah ria.
Sering keberadaan riya ini luput dari pengamatan dan perasaan seseorang dikarenakan begitu halusnya sehingga ada yang mengibaratkan bahwa ia lebih halus daripada seekor semut hitam diatas batu hitam di tengah malam yang gelap gulita. Padahal keberadaan riya dalam suatu amal amatlah berbahaya dikarenakan ia dapat menghapuskan pahala dari amal tersebut.
Ada empat ciri orang yang (beramal) riya: malas beramal jika bersendirian, bersemangat beramal bila di depan orang, bertambah amalnya jika dipuji dan menguranginya jika dicela ( Saidina Ali bin Abi Talib).
Bahaya Riya
Ada beberapa penjelasan tentang bahaya riya’, dan pengaruh buruk (dampak negatifnya) bagi individu, umat dan amal perbuatan, seperti yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan Sunnah.
Berikut ini perinciannya :
Rasulullah S.A.W menjelaskan bahwa bahaya riya’ memiliki tingkatan yang bermacam macam, dan diungkapkan dengan ungkapan yang bermacam, diantaranya :
a. Bagi orang orang Muslim, riya’ lebih bahaya dari fitnah Al Masih Ad Dajjal
Bahaya Masih Ad Dajjal tidak melanda orang yang akrab dengan Sunnah Rasulullah S.A.W. Oleh karenanya riya’ lebih besar bahaya bagi seorang Muslim.
Nabi S.A.W bersabda,
“Maukah kamu aku beritakan kabar yang bagiku lebih berbahaya bagi kalian dibanding dengan Al Masih Ad Dajjal; yaitu syirik Al Khafi. Yaitu ketika seseorang berdiri untuk menunaikan shalat, kemudian ia memperindah shalatnya karena ada orang lain yang melihatnya” (Hadits riwayat Ibnu Majjah (4204) dan perawi lainnya dari hadits Abi Said Al Khudari R.A. Hadits ini berkualitas hasan).
b. Riya’ lebih besar bahayanya dari serigala yang mengintai kambing.
Nabi S.A.W bersabda,
“Dua ekor serigala lapar yang dilepaskan di tengah kerumunan kambing, bahayanya tidak lebih besar dari kerakusan manusia terhadap harta, membanggakan agamanya (riya’) (Hadits diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi 2376, Imam Ahmad (3/456, 460), Imam Ad Darami 2/304, Imam Al Baghawi dalam Syarh sunnah 14/258, dan para perawi lainnya. Saya katakana, hadits ini dishahihkan oleh Imam At Tirmidzi. Ini seperti yang pernah dikatakan. Meskipun Zakariya Abu Zaidah seorang yang mudallas, tetapi ini telah dijelaskan dengan pembicaraan Bukhari dalam kitab Tarikh Al Kabir 1/150).
Ini adalah perumpamaan (analogi) yang dibuat Rasulullah S.A.W mengenai kerusakan agama seseorang karena menjaga harta dan kemuliaan duniawi. Dua hal inilah yang menggerakkan dan memotori sikap riya’ pada jiwa seseorang. Berbeda dengan kerusakan pada kambing karena adanya dua ekor serigala yang lapar yang mau menerkam kambing. Penjagaannya (kekhawatiran dari) akan hilang ketika malam datang. Kedua serigala tersebut makan dan mengambil apa yang menguntungkan baginya. Keburukan yang dimunculkannya hanya sedikit. Bahkan sangat sedikit, tidak seperti riya’. Maka hindarilah riya’.
Bahaya Riya’ bagi Amal Perbuatan
a. Menyia nyiakan amal shalih, dari pengaruh baiknnya dan tujuan luhurnya
Islam bukanlah agama yang menampakkan hal hal luar dan seremonial, karena menampakkan ibadah dan syi’ar itu tidak mencukupi selama tidak bersumber dari keikhlasan karena Allah semata. Ikhlas sangat berpengaruh dalam lubuk hati, mendorong untuk melakukan amal shalih, menerapkan sebuah metode yang dapat memperbaiki kehidupan manusia di dunia ini.
Ketika iman telah kokoh tertanam dalam hati, maka ia akan bergerak cepat agar zat iman itu terealisasi dalam bentuk amal shalih.
Oleh karena hakikat pendidikan yang penting ini, Allah mengisyaratkan dalam firmanNya,
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (Al Insaan : 8-9)
Sesungguhnya orang yang ikhlas adalah ibarat oase, yang meneduhi riya’ yang merusak. Orang ikhlas akan makan makanan dengan ketenangan jiwa, hati yang penuh kasih, niat yang ikhlas dan semata mata karena Allah. Ini dinampakkan dalam tingkah laku dan ucapan hatinya.
Petunjuk (isyarah) dari Al Qur’an ini akan menghancurkan kekerasan riya’ yang menebarkan bau busuk pada hati pemiliknya, dan tidak akan membuka sesuatu kelemahan, meskipun pemiliknya menyerahkan sesuatu dengan segala kebanggaan. Adapun di jalan Allah, mereka akan melarang meskipun untuk hal yang sangat remeh, dan tidak mendatangi manusia karena menjadi pengikat.
Allah S.W.T berfirman,
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, Orang-orang yang berbuat riya, Dan enggan (menolong dengan) barang berguna” (Al Maa’uun : 4-7)
Orang orang yang berbuat riya’ dan enggan menolong dengan barang berguna karena shalat mereka tidak menampakkan pengaruh positif pada diri mereka. Mereka menghalang pertolongan dan kebaikan dari hamba Allah. Apabila mereka menunaikan shalat semata mata karena Allah, pasti mereka tidak sungkan dan segan memberi pertolongan kepada hamba hambaNya yang membutuhkan.
Ini adalah parameter sesungguhnya untuk ibadah yang benar yang diterima di sisi Allah.
Mereka hanya melakukan gerakan gerakan dan ritual shalat semata. Mereka memperbagus dan memperindah shalatnya karena ada orang lain yang melihatnnya. Akan tetapi hati mereka tidak ikhlas dan tulus melakukannya, dan tidak menghadirkan hakikat dari shalat. Tidak merasakan keagungan Allah yang ada di depannya. Oleh karenanya dalam hati dan perbuatannya, sedikitpun tidak tertinggal pengaruh shalat.
Ini adalah riya’, yang meninggalkan amal perbuatan yang baik, dengan mengubahnya menjadi amal yang tidak baik.
b. Membatalkan amal shalih dan meleburnya
Allah S.W.T berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (Al Baqarah : 264)
Ini adalah hati yang keras yang telah diselimuti riya’. Perumpamaannya seperti safwan diselimuti debu-debu (Safwan adalah batu yang tidak kasar dan tidak terlalu licin permukaannya yang ditutupi oleh debu yang halus). Demikian pula riya’ menghalangi pandangan mata yang dapat menipu, seperti riya’ menghalangi kekerasan hati yang tidak memiliki iman. Kemudian hujan lebat yang menghilangkan debu debu tersebut, dan terbukalah auratnya serta tersingkaplah kegersangan dan kekerasannya. Tumbuhan pun tidak akan tumbuh, apalagi berbuah. Karena ia merupakan batu keras yang tergeletak di atas tanah. Ia tidak memiliki ketetapan. Seperti orang riya’ tidak akan membuahkan kebaikan. Tidak akan diringi dengan ganjaran bahkan mendatangkan dosa besar yang menunggu kejelekan yang berubah pada hari dimana harta dan anak tidak akan bermanfaat sama sekali kecuali orang yang dating kepada Allah dengan hati yang pasrah.
Ini adalah puncak dari riya’, yang akan melebur amal yang baik, pada saat pemiliknya tidak memiliki kekuatan dan penolong, dan karenanya ia tidak dapat menolak. Renungkanlah firman Allah S.W.T berikut,
“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang Dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya” (Al Baqarah : 266).
Amal shalih ini pada mulanya adalah oase dan lampu yang menerangi kegelapan, surga yang indah yang memilikii aroma dan keteduhan, kebaikan dan keberkahan, zakat dan pembersihan. Orang yang menginginkan mendapatkan surga surga ini, kemudian melakukan riya’, maka riya’ itu meleburnya seolah olah sebelumnya tidak pernah ada.
Nabi S.A.W bersabda,
“Sesungguhnya hal yang sangat aku khawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik al ashar (syirik kecil), yaitu riya’. Pada hari Kiamat Allah berfirman ketika membalas amal amal perbuatan manusia,’Pergilah kalian kepada orang orang yang kalian pamerkan sewaktu di dunia. Lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan (bagian) dari mereka’.” (Hadits riwayat Imam Ahmad 5/428, Imam Baghawi dalam Syarh Sunnah 4135, dari hadits Mahmud bin Lubeid R.A, dnegan isnad shahih, sesuai syarat Imam Muslim.)
Pada waktu itu, orang orang yang riya’ kemudian membalikkan tangannya dengan sesuatu yang telah dinafkahkannya kepada manusia dengan riya’. Lalu Allah memperlihatkan amal amalnya sebagai kerugian.
Wahai saudara seiman, hindarilah riya’ karena ia akan menghancurkan amal perbuatan.
Bahaya Riya’ bagi Umat dan Individu
a. Riya’ adalah syirik khafi.
Nabi S.A.W bersabda,
“Maukah kamu aku beritakan kabar yang bagiku lebih berbahaya bagi kalian dibanding dengan Al Masih Ad Dajjal; yaitu syirik Al Khafi. Yaitu ketika seseorang berdiri untuk menunaikan shalat, kemudian ia memperindah shalatnya karena ada orang lain yang melihatnya” (Hadits riwayat Ibnu Majjah (4204) dan perawi lainnya dari hadits Abi Said Al Khudari R.A. Hadits ini berkualitas hasan).
b. Riya’ mewariskan kehinaan dan kekerdilan.
Wahai hamba yang ikhlas, janganlah kamu terbujuk oleh tipu daya orang yang riya’ di suatu Negara, kemampuan mereka menguasai hamba, banyaknya kendaraan mereka dan kemewahan kendaraan mereka, karena bayang bayang maksiat ada diatas tengkuk mereka. Allah menolak, kecuali orang orang yangmelindungi orang orang yang durhaka kepadaNya.
Nabi S.A.W bersabda,
“Barangsiapa yang memperdengarkan amalnya kepada manusia, maka Allah akan memperdengarkan pendengaran makhluknya kepadanya, mengerdilkan dan merendahkannya” (Shahih Targhib wa Al targhib (1/6)
c. Riya’ menghalangi pahala akhirat.
Nabi S.A.W bersabda,
“Gembirakanlah umat ini dengan kemuliaan, agama, keunggulan dan kekuatan di bumi. Barang siapa diantara mereka yang melakukan amal perbuatan amal perbuatan akhirat karena tujuan duniawi, maka di akhirat kelak ia tidak akan mendapatkan bagiannya” (Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad 5/134, Imam Al Hakim 3/318 dan perawi lain dari jalur Abi Al ‘Aliyah dari Abi bin Ka’ab R.A. “Saya katakana, ini hadits shahih”).
d. Riya’ menambah kesesatan.
Allah S.W.T berfirman,
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al Baqarah : 9-10)
e. Riya’ menyebabkan kehancuran umat.
Nabi S.A.W bersabda,
“Allah akan menolong umat ini karena adanya orang orang yang lemah dengan doa dan shalat serta keikhlasan mereka.” (Shahih Al Targhib wa Al Targhib, 1/6)
Demikian pula Rasulullah S.A.W menetapkan bahwa keikhlasan karena Allah merupakan sebab kemenangan umat dari musuh musuh Islam. Tanpa ikhlas, maka itu riya’ dan nifak mungkin dapat dimanfaatkan oleh musuh musuh umat ini.
Hai orang orang Islam ! Sesungguhnya pelajaran Peperangan Badar Kubra selalu akan tersimpan di dalam hati orang yang ikhlas yang mau menunggu, selama mereka tidak mengubahnya.
Firman Allah dalam Al Qur’an,
“Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya[620] agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (Al Anfaal : 45-47).
Ayat ini bertujuan untuk menjaga golongan orang orang beriman yang tidak henti hentinya memerangi musuh musuh Allah, dengan cara keluar berperang dengan kesombongan dan keangkuhan. Karena orang beriman tidak akan keluar berperang kecuali untuk menegakkan kalimat Allah.
Al Qurthubi mengatakan bahwa makna dari “orang-orang yang berbuat riya,” adalah orang yang (dengan sholatnya) memperlihatkan kepada manusia bahwa dia melakukan sholat dengan penuh ketaatan, dia sholat dengan penuh ketakwaan seperti seorang yang fasiq melihat bahwa sholatnya sebagai suatu ibadah atau dia sholat agar dikatakan bahwa ia seorang yang (melakukan) sholat. Hakekat riya’adalah menginginkan apa yang ada di dunia dengan (memperlihatkan) ibadahnya. Pada asalnya riya adalah menginginkan kedudukan di hati manusia. (al jami’ Li Ahkamil Qur’an juz XX hal 439)
Dari Abu Hurairoh bahwa telah berkata seorang penduduk Syam yang bernama Natil kepadanya,”Wahai Syeikh ceritakan kepada kami suatu hadits yang engkau dengar dari Rasulullah saw.’ Abu Hurairoh menjawab,’Baiklah. Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda,’Sesungguhnya orang yang pertama kali didatangkan pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid dan dia diberitahukan berbagai kenikmatannya sehingga ia pun mengetahuinya. Kemudian orang itu ditanya,’Apa yang telah engkau lakukan di dunia?’ Orang itu menjawab,’Aku telah berperang dijalan-Mu sehingga aku mati syahid.’ Dikatakan kepadanya,’Engkau berbohong, sesungguhnya engkau berperang agar engkau dikatakan seorang pemberani dan (gelar) itu pun sudah engkau dapatkan.’
Kemudian Allah memerintahkan agar wajah orang itu diseret dan dilemparkan ke neraka. Kemudian didatangkan lagi seorang pembaca Al Qur’an dan dia diberitahukan berbagai kenikmatan maka dia pun mengetahuinya. Dikatakan kepadanya,”Apa yang engkau lakukan di dunia?’ Orang itu menjawab,’Aku telah mempelajari ilmu dan mengajarinya dan aku membaca Al Qur’an karena Engkau.’
Maka dikatakan kepadanya,’Engkau berbohong sesungguhnya engkau mempelajari ilmu agar engkau dikatakan seorang yang alim dan engkau membaca Al Qur’an agar engkau dikatakan seorang pembaca Al Qur’an dan engkau telah mendapatkan (gelar) itu. Kemudian Allah memrintahkan agar wajahnya diseret dan dilemparkan ke neraka. Kemudian didatangkan lagi seorang yang Allah berikan kepadanya kelapangan (harta) dan dia menginfakkan seluruh hartanya itu dan dia diberitahukan berbagai kenikmatan maka dia pun mengetahuinya. Dikatakan kepadanya,”Apa yang engkau lakukan di dunia?’
Orang itu menjawab,’Aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau sukai untuk berinfak didalamnya kecuali aku telah menginfakkan didalamnya karena Engkau.’ Maka dikatakan kepadanya,’Engkau berbohong sesungguhnya engkau melakukan hal itu agar engkau disebut sebagai seorang dermawan dan engkau telah mendapatkan (gelar) itu. Kemudian orang itu diperintahkan agar wajahnya diseret dan dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim)
Riya ini bisa muncul didalam diri seseorang pada saat setelah atau sebelum suatu ibadah selesai dilakukan. Imam Ghozali mengatakan bahwa apabila didalam diri seseorang yang selesai melakukan suatu ibadah muncul kebahagiaan tanpa berkeinginan memperlihatkannya kepada orang lain maka hal ini tidaklah merusak amalnya karena ibadah yang dilakukan tersebut telah selesai dan keikhlasan terhadap ibadah itu pun sudah selesai dan tidaklah ia menjadi rusak dengan sesuatu yang terjadi setelahnya apalagi apabila ia tidak bersusah payah untuk memperlihatkannya atau membicarakannya.
Namun apabila orang itu membicarakannya setelah amal itu dilakukan dan memperlihatkannya maka hal ini ‘berbahaya’ (Ihya Ulumudin juz III hal 324)
Ibnu Qudamah mengatakan,”Apabila sifat riya’ itu muncul sebelum selesai suatu ibadah dikerjakan, seperti sholat yang dilakukan dengan ikhlas dan apabila hanya sebatas kegembiraan maka hal itu tidaklah berpengaruh terhadap amal tersebut namun apabila sifat riya sebagai faktor pendorong amal itu seperti seorang yang memanjangkan sholat agar kualitasnya dilihat oleh orang lain maka hal ini dapat menghapuskan pahala.
Adapun apabila riya menyertai suatu ibadah, seperti seorang yang memulai sholatnya dengan tujuan riya’ dan hal itu terjadi hingga selesai sholatnya maka sholatnya tidaklah dianggap. Dan apabila ia menyesali perbuatannya yang terjadi didalam sholatnya itu maka seyogyanya dia memulainya lagi. (A Mukhtashar Minhajil Qishidin hal 209)
Sungguh suatu karunia yang besar ketika Allah memberikan kemudahan kepada anda untuk senantiasa melakukan sholat berjama’ah di musholla di saat orang-orang tengah asyik dengan tidurnya. Namun demikian anda perlu berhati-hati karena pada kondisi-kondisi seperti inilah terkadang setan mudah menghembuskan bisikan-bisikannya agar anda berbuat riya’.
Sedangkan keinginan anda untuk mengajak masyarakat di sekitar anda agar mengerjakan sholat shubuh berjama’ah di musholla melalui lisan seorang ustadz adalah perbuatan yang terpuji dikarenakan sholat shubuh di masjid atau musholla merupakan perintah yang sangat dianjurkan Allah swt kepada setiap muslim.
Bentuk keluar dengan sombong dan riya’ kepada manusia dan berpaling dari jalan Allah akan selalu hadir di depan pasukan orang beriman. Mereka melihat dengan mata kepala mereka keluarnya orang Quraisy pada hari Pertempuran Badar dengan kendaraan perangnya, jumlah pasukannya, baik yang berjalan maupun yang menunggang kuda, untuk mengulang kembali kemenangan Pertempuran Badar, di dengar oleh orang Arab dan selalu terus diperhitungkan. Akan tetapi riya’ ini cepat berakhir, berakibat buruk, dan cita citanya juga buruk. Riya’ menjadi suatu pungkasan. Orang orang musyrik telah menunjukkan riya’ dan keangkuhan.
Demikian pula mereka melihatnya pada saat yang berbahagia, ketika umat ini keluar untuk berperang. Akibatnya adalah kerugian dan kehinaan yang tidak akan dicabut oleh Allah sehingga ia bertaubat kepada Tuhan dan agamanya. Ketika itu orang orang Mukmin yang ikhlas sangat gembira dengan pertolongan Allah. Bukankah pertlolongan Allah itu dekat.
Namun, adapun kalanya kita perlu untuk menceritakan berbagai aktifitas da’wah yang telah kita lakukan kepada orang lain agar dapat dijadikan contoh/teladan. tapi dalam hal ini juga harus disertai dengan kehati-hatian karena tidak jarang pada kasus seperti ini menjadikan seseorang manambah-nambah cerita dari yang sebenarnya, berelebih-lebihan atau menikmati setiap pujian yang diberikan orang lain kepadanya.
Sebelum menceritakan apa-apa yang telah kita lakukan di dalam da’wah kepada orang lain maka hendaklah kita mampu meraba kekuatan diri kita. Apabila hati kita tetap bersih, melihat semua manusia adalah kecil, memandang sama segala pujian, kecaman orang dan kita hanya berharap dengan menceritakan hal itu kelak orang lain akan mengikutinya atau akan mencintai kebaikan yang ada didalamnya maka hal ini dibolehkan bahkan dianjurkan selama jiwa kita bersih dari berbagai penyakitnya karena menjadikan orang mencintai kebaikan adalah suatu kebaikan.
Seperti yang diceritakan dari Utsman bin ‘Affan bahwa dia mengatakan,”Aku tidak pernah menyanyi, tidak berangan-angan dan tidak juga menyentuh kemaluanku dengan tangan kananku sejak aku membaiat Rasulullah saw.”
Atau seperti yang dikatakan Abu Bakar bin Abbas kepada putranya,”Wasapadalah engkau dari maksiat kepada Allah swt didalam ruangan ini. Sesungguhnya aku telah mengkhatamkan Al Qur’an di ruangan ini sebanyak 12.000 kali.”
Akan tetapi apabila diri kita lemah, tidak tahan dengan pujian orang lain, mudah muncul penyakit hati atau akan memunculkan riya didalamnya apabila menceritakan aktivitas da’wah kita itu maka lebih baik menahan diri dari menceritakannya meskipun menginginkan agar orang lain mengikutinya atau menyukai kebaikan yang ada di dalamnya.
Dan kalaupun ingin agar orang lain bisa mengikutinya dan mencintai kebaikan yang ada didalamnya dengan cara menceritakannya maka ceritakanlah aktivitas tersebut kepada mereka tanpa menisbahkannya kepada diri kita, demi menghindari adanya riya’ didalamnya.
Adapun beberapa kiat untuk menghilangkan penyakit riya’, menurut Imam Ghozali adalah :
1. Menghilangkan sebab-sebab riya’, seperti kenikmatan terhadap pujian orang lain, menghindari pahitnya ejekan dan anusias dengan apa-apa yang ada pada manusia, sebagaimana hadits Rasulullah saw dari Abu Musa berkata,”Pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw dan mengatakan,’Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang orang yang berperang dengan gagah berani, orang yang berperang karena fanatisme dan orang yang berperang karena riya’ maka mana yang termasuk dijalan Allah? Maka beliau saw bersabda,’Siapa yang berperang demi meninggikan kalimat Allah maka dia lah yang berada dijalan Allah.” (HR. Bukhori)
2. Membiasakan diri untuk menyembunyikan berbagai ibadah yang dilakukannya hingga hatinya merasa nyaman dengan pengamatan Allah SWT terhadap berbagai ibadahnya itu.
3. Berusaha juga untuk melawan berbagai bisikan setan untuk berbuat riya pada saat mengerjakan suatu ibadah.
Wallahu Alam

Wednesday, November 24, 2010

Sekilas Info Kegiatan Sekolah

Kalender Akademik SISWA SMAI ALAZKA :
1. Ujian Semester tanggal 9 s.d 17 Desember 2010
2. Pengambilan hasil belajar semester 1 tangal 24 Desember 2010
3. Kegiatan ALKAFEST ( Al-Azhar Kelapa Gading Festival ) tanggal 18 - 22 Des. 2010
4. Pendalaman Materi Kelas XII Tanggal 2 - 8 Januari 2011
Catatan Penting :
1. SKK Sebagai syarat Ujian Semester untuk Mata Pelajaran PAI
2. SPP Sudah selesai sampai bulan Desember 2010
Demikian Terimakasih.
Selamat Belajar.

SERI KAJIAN CHARACTER BUILDING

MEMBANGUN PRIBADI ISLAM YANG UNGGUL
BINAUL IZZAH WAL MUSLIMIN

Oleh : Sumanto, M.Pd
Setelah kita memikirkan,mengingat-ingat dan menyadari terhadap kenikmatan ke Islaman kita, perlu kiranya kita semua untuk menilai dan bertanya terhadap diri kita masing-masing. Sudahkah kita ini dengan sungguh-sungguh mensyukuri nikmat yang agung ini, atau bahkan sebaliknya kita termasuk orang-orang yang menyia-nyiakan kenikmatan Islam ini ?
Allah ta’ala berfirman dalam surat Al-Hasyr ayat 18
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ يَا اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Betapa celakanya kita ini, apabila telah menjadi seorang Muslim namun tidak mau beribadah kepada Allah ta’ala . Apa artinya menjadi seorang muslim akan tetapi tidak mau beribadah kepada Allah ta’ala dengan mentauhidkannya.
Sunnguh celaka kita ketika telah menerima Islam akan tetapi senantiasa berbuat Musyrik menyembah, memohon doa dan pertolongan kepada selain Allah ta’ala seperti Dukun, Jin, Gunung, Bumi dan sesembahan-sesembahan selain Allah ta’ala.
Allah ta’ala mengancam keras terhadap orang-orang Musyrik, diantaranya ancaman Allah ta’ala dalam surat Al-Maidah ayat 72
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun.
Sungguh…. kita harus dengan sungguh-sungguh berupaya mentauhidkan Allah ta’ala, menyerahkan peribadahan ini hanya untuk Allah ta’ala dan berupaya dengan sungguh-sungguh menghidari kesyirikan dalam segala bentuknya.
Maka sudah sepantasnya kita semua senantiasa memohon kepada Allah ta’ala dikokohkan dalam agamanya dan mengikhlaskan ibadah ini hanya untuk Allah ta’ala semata.
Selanjutnya kaum muslimin setelah kita menyadari tentang besarnya nikmat Islam serta pentingnya tauhid dan bahayanya syirik perlu juga senantiasa kita waspadai terhadap sesuatu yang membahayakan amalan kita, yaitu kebid’ahan yaitu beribadah kepada Allah ta’ala tanpa bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sunguh suatu kemalangan dan kecelakaan apabila kita yang telah dapat menerima Islam sebagai agama namun kita tidak mempu mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahkan menolak bahwa beribadah ini harus mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketahuilah oleh kita semua bahwasannya Allah ta’ala telah memberi contoh kepada kita cara kita beribadah kepada_Nya. Contoh itu adalah Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana Allah ta’ala berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الاخر
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
Maka sudah semestinya kita semua berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mengenal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan sebenar-benarnya. Syaikh Utsaimin menjelaskan bahwa mengenal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mengharuskan beberapa sikap :
1. Menerima terhadap apa yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bawa berupa petunjuk dan agama yang benar
2. Membenarkan apa yang beliaع shallallahu ‘alaihi wasallam kabarkan
3. Menjalankan apa yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam perintahkan
4. menjauhkan diri dari apa yang beliau larang dan beliau cerca
5. Berhukum kepada syariat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan ridha terhadap hukum beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sungguh celaka jika kita telah menjadi orang muslim, dan beribadah ikhlas kepada Allah ta’ala semata akan tetapi amalan-amalan kita adalah kebid’ahan. Sholat kita dengan cara bid’ah, Puasa kita dengan cara bid’ah, hari raya kita bid’ah, zakat kita bid’ah, dan amalan-amalan kita semua tercشmpuri dengan kebid’ahan-kebid’ahan.
Perlu kiranya kita mengingat kembali hadits yang mulia, sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam.
عن ام المؤمنين ام عبد الله عا ءشة رضي الله عنها قلت قل رسو ل الله صلى الله عليه وسلم : من احدث في امرنا هذا ما ليس منه فهو رد (رواه البخاري) وفي رواية المسلم : من عمل عملا ليس عليه امرن وهو رد
Dari ummul mu’minin aisyah semoga Allah ta’ala meridhoinya dia berkata. Rasulullah shallahu ‘alai wasallam bersabda Siapa yang mengadakan (sesuatu yang baru) dalam urusan (syariat / dien) ini yang bukan dari padanya maka dia tertolak (HR. Bukhari) Dan dalam riwayat Muslim : Barang siapa yang mengerjakan satu amalan yang tidak ada perintah dari kami, maka dia (amalan) itu tertolak.
Kaum muslimin hadits tadi mengingatkan kita agar senantiasa beribadah dengan cara mencontoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya tidak mungkin kita akan mengenal dan mencontoh bagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam beribadah tanpa belajar terhadap ilmu agama yang mulia ini, maka dalam kesempatan ini marilah kita semuanya senantiasa menghadiri majlis-majlis ta’lim juga berupaya mengadakan majlis-majlis ilmu agama sehingga dengan semua itu memungkinkan kita semua mendapat ilmu agama sebagai bekal kita beribadah kepada Allah ta’ala.
Terhadap pentingnya ilmu agama ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Memberitakan kepada kita bahwa kebaikan seseorang itu diantaranya dapat diketahui dengan pemahaman ilmu agama yang dimilikinya.
ومن يرد الله به خيرا يفقه في الدين
Barang siapa dikehendaki kebaikan oleh Allah ta’ala maka Allah ta’ala fahamkan dia terhadap ilmu agama.
Para pembaca semoga Allah ta’ala merahmati kita, maka sudah menjadi kemestian agar kita mampu beribadah dengan ikhlas dan mencocoki ajaran shallallahu ‘alaihi wasallam yang dengan itu kita menghadap pahala Allah ta’ala, tidak lain dan tidak bukan kita semua harus menuntut ilmu agama, jangan sampai waktu kita habis terbuang percuma mengamalkan hal yang sia-sia, sehingga ancaman kemusyrikan dan kebid’ahan senantiasa mengintai di belakang kita, mudah-mudahan Allah ta’ala kokohkan kita dalam agama-Nya.
Selanjutnya tentang keutamaan ilmu Syaikh Utsaimin menjelaskan dalam Kitabul ‘Ilmi fi fashl fadhoilul ‘ilmi, Beliau berkata :
Sungguh Allah ta’ala memuji terhadap ilmu dan pemiliknya, dan menganjurkan beribadah kepada-Nya di atas ‘ilmu dan menganjurkan kepada kaum muslimin untuk berbekal dengan ilmu. Karena ilmu termasuk amalan sholih yang paling mulia dan ilmu sebesar-besar pembersih ibadah, ilmu merupakan ibadah tathawu’, sesungguhnya ilmu merupakan bagian dari jihad fi sabilillah karena Din Allah ta’ala akan tegak hanyalah dengan dua perkara : 1). Al Ilmu dan Penjelasan, 2) Perang dan Persenjataan.
Harus dengan dua perkara ini, dan tidak akan kokoh berdiri Agama Allah ta’ala dan tampak kecuali dengan dua perkara trsebut secara bersama-sama. Dan yang pertama dari keduanya mendahului terhadap keduanya hal ini dikarenakan tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merubah (memerangi) suatu kaum setelah menyampaikan kepada mereka untuk beribadah kepada Allah ta’ala, maka jadilah ilmu mendahului peperangan. (sampai disini kami nukilkan)
Jelaslah ilmu sangat penting buat kita pribadi dan buat Islam itu sendiri.
Tentunya kita mengharap suatu saat nanti Islam ini akan nampak di seluruh belahan bumi. Kita berharap suatu saat nanti Hukum Islam ini akan berfungsi kembali. Maka untuk itu di butuhkan Ahli Ilmu yang dapat menerapkan ilmunya itu dengan jujur dan bersih.
Bagaimana mungkin Hukum Islam ini akan tegak sementara belum ada yang bisa menegakkannya bagi dirinya sendiri (kecuali sangat sedikit yang dirahmati oleh Allah ta’ala).
Maka jelaslah kita membutuhkan para Ulama untuk menjadi hakim, penerang bagi seluruh kaum muslimin. Pastilah sekarang bahwa Kedudukan Ilmu dan Ahli Ilmu adalah sangat tinggi. Oleh karena itulah Allah ta’ala bertanya kepada kita melalui firman-Nya :
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.
Dengan demikian betapa kecilnya kita ? Bukankah kita ini masih bodoh ? Hukum apa yang telah kita ketahui dari Islam ini ? Maka untuk menyelamatkan diri kita sebelum menyelamatkan orang lain juga menyelamatkan Islam harus dan harus kita berilmu, tidak akan mungkin kita beribadah tanpa ilmu. Maka marilah kita menuntut ilmu.
Perlu kita bertanya untuk kita semua ? Pantaskan Islam ini tegak pada saat kaum Muslimin berbondong-bondong menyekolahkan anaknya menuntut Ilmu Hukum barat ? Pantaskah Allah ta’ala menolong kaum Muslimin yang bangga menyandang gelar Sarjana Hukum Barat ?
Sekali lagi marilah kita meyumbangkan untuk diri kita dan kaum muslimin juga Islam dengan menuntut Ilmu Agama. Dengan itu kita berharap muncul generasi Islam yang mengenal dan menguasai terhadap Agamanya, kita berharap Allah ta’ala menolong dan memberi Izzah bagi Islam wal muslimin.

Kepada Siapa Menuntut Ilmu
Ini sebuah pertanyaan yang mesti di jawab, jangan sampai kita menuntut ilmu agama ini kepada orang yang salah, bisa jadi kita tidak menganal islam bahkan bisa jadi kita membenci islam.
Dalam keremangan Islam ini, di saat Islam bercorak warna sangat sulit bagi kaum muslimin untuk mengenal siapa yang pantas di ambil ilmunya, Alhamdulillah Allah ta’ala tidak pernah membiarkan hamabanya kebingungan, Allah ta’ala membimbing hamba-hambanya dengan melahirkan para ulama. Allah ta’ala terangi kaum muslimin dengan mengutus pata ulama dan kepada merekalah kita bertanya.
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ عَلَى كَذَلِكَ
“Akan senantiasa ada (tidak akan hilang) di antara ummatku sekelompok orang yang eksis di atas kebenaran (al-jama’ah/thoifah al-manshuroh), tidak membahayakan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka sehingga datang ketetapan Allah, sedangkan mereka tetap dalam keadaan demikian.“ (HR. Muslim)
Para ulama menjelaskan bahwa kelompok yang selamat itu adalah ahli hadits, Berkata Musa bin Harun rohimahulloh :Aku telah mendengar Ahmad bin Hambal rohimahulloh ketika ditanya tentang hadits yang berbunyi “Umat akan berpecah menjadi 73 golongan, semua masuk neraka kecuali satu golongan”. Beliau mengatakan: “Jika yang dimaksud bukan thoifah al-manshuroh yakni - ahli hadits – maka aku tidak tahu lagi siapa mereka ini”. (diriwayatkan oleh Al-Hakim di dalam Ma’rifah ulumul hadits)
Demikianlah Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa ada kelompok yang senantiasa memperjuangkan kebenaran yaitu ahli hadits. Oleh karena itu kita dapat mengenal mereka dari ilmu yang mereka ajarkan di antaranya adalah hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabatnya.
Sehingga terjawablah sudah pertanyaan di atas yaitu “Kita harus mengambil Ilmu dari para Ulama / Thullab yang mengajarkan Al-Qur’an, Hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan hadits-hadits sahabat-sahabatnya.
Kenapa harus di tambahi dengan ucapan sahabat ? Ya karena Allah ta’ala menjamin terhadap mereka.
وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Demikianlah Allah ta’ala menjamin dan memuji terhadap para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, maka sepatutnyalah kita mengikuti orang-orang (ulama dan Thullabul Ilmi) yang mengajak kepada pemahaman para sahabat ridhwanullahu ‘alaihim ajma’in)
Jelaslah sekarang terlarangnya kita mengambil ilmu pada da’I yang hanya mengajarkan al-qur’an dan hadits saja apalagi hanya al-qur’an yang dipahami dengan akalnya belaka. Semoga Allah ta’ala melindungi kita dari kesesatan-kesesatan.
Dan semoga Allah ta’ala mudahkan kita mengamalkan ilmu yang telah kita peroleh. Karena tidaklah ilmu itu bermanfaat bagi pembawanya kecuali ilmu itu diamalkan. Semoga Allah ta’ala mudahkan kaum muslimin untuk menuntut ilmu agama yang benar yang telah di amalkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabatnya. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Tuesday, November 23, 2010

Bahan Pembelajaran Studi Islam & Tugas Mandiri

I. Pembelajaran Pendidikan Islam
II. Guru : Sumanto, M.Pd
III. PETA KONSEP
Akan disajikan dalam file khusus

IV. Kompetensi Dasar

1. Memahami dan menjelaskan secara kritis tentang Urgensi, Tujuan & Pendekatan Studi Islam.
2. Memahami dan menjelaskan tentang agama dalam kehidupan budaya manusia.
3. Memahami dan menjelaskan secara kritis Potensi islam dalam menjawab tantangan zaman
4. Memahami dan menjelaskan tentang Islam dan berbagai dimensinya.

V. Materi Perkuliahan
1. KONTRAK BELAJAR
1] Konsep MAP
2] Desain materi kuliah
3] Pokok Bahasan dan Referensi
4] Sistem Penilaian
5] Strategi Pembelajaran ( Mandiri, tatap muka & Tugas terstruktur)

2. Materi Pendahuluan
1] Pengertian Studi Islam
2] Urgensi Studi Islam
3] Tujuan Studi Islam
5] Pendekatan danmetode Studi Islam
Referensi: Muhaimin, Tadjab & Abdul Mujib, 1994, Dimensi Studi Islam, Karya Abditama, Surabaya, hal, 11-23

3. Agama dalam Kehidupan Budaya Manusia
1] Fenomena Agama dalam kehidupan manusia
2] Mencari Pengertian Agama
3] Klasifikasi Agama, Samawi & Agama Budaya
4] Perkembangan Agama & Kehidupan Budaya manusia.
5] Kedudukan dan fungsi Agama dalam sistem budaya dan
peradaban Moderen
Referensi: Muhaimin, Problematika Agama Dalam Kehidupan Manusia, Jakarta, Kalam Mulia, 1989, Hal. 1-5.

4. Potensi Islam dalam Menjawab Tantangan Zaman
1] Penamaan Islam dan implikasi dalam kehidupan manusia.
2] Universalitas, Orientasi dan Dinamika Ajaran Islam
3] Al-Qur’an sebagai sumber dasar nilai dan Normal Dalam Islam
4] As Sunnah/Hadits sebagai Dasar Operasional nilai dan Norma dalam Islam.
5] Al-Ijtihad sebagai Sumber Dinamika nilai dan Norma dalam Islam.
Referensi: H.A Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam, Bandung, Mizan 1991, hal. 49-60. Dan Muhaimin, Dimensi Studi Islam, Surabaya, 1994, hal. 71-209
5. Islam & Berbagai Dimensinya
1] Islam dalam lintasan Sejarah.
2] Dimensi Aqidah & Akhlaq dalam Islam
3] Dimensi Ibadah & Syariah dalam Islam
4] Dimensi Syariah dalam Islam
5] Dimensi Filsafat dalam Islam
6] Dimensi Kebudayaan Dalam Islam
7] Dimensi Persaudaraan ( Ukhuah) dalam Islam.

Referensi: Ibnu Taimiyah, Aqidah Islamiyah Men Barnu Taimiyah, Bandung, Al Ma’arif, 1983, hal. 9 . Dan Muhaimin, Dimensi Studi Islam, Surabaya, 1994, hal.221-323.




VI. SISTEM PENILAIAN

NO KOMPONEN BOBOT Ket.
O1 KEHADIRAN 10%
02 TUGAS KELOMPOK/MANDIRI 10%
03 PARTISIPASI/KEAKTIFAN DI KELAS 10%
04 UJIAN TENGAH SEMESTER 30%
05 UJIAN SEMESTER 40%
TOTAL 100%


VII. STRATEGI PEMBELAJARAN
Kegiatan perkuliahan, lebih banyak didasarkan pada collaborative learning, meskipun demikian individual learning tetap akan digunakan sesuai dengan tujuan dan materi yang dipelajari. Untuk itu, “alternatif strategi” perkuliahan yang digunakan di antaranya sebagai berikut:
1. Interactive lecturing
2. Presentation & Active Debate
3. Student-Created Case Studies
4. Small Group Discusion
5. Studi kritis
Strategi pembelajaran ini, dapat berubah sesuai dengan perkembangan materi dan metode serta kesepakatan dengan mahasiswa.

VIII. PEMBAGIAN MATERI & TUGAS KELOMPOK

1. Kelompok I

Materi : Agama dalam Kehidupan Budaya Manusia
Identifikasi Masalah / Kasus :
1. Buatlah resume dari berbagai sumber tentang fenomena Agama dalam kehidupan manusia ! dan berikan ulasan/telaahnya menurut anda.
2. Apa Pengertian Agama dan apa landasan filosofi manusia memerlukan Agama ?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Agama Samawi dan Agama Budaya, berikan ulasannya dengan berbagai referensi !
4. Bagaimana perkembangan Agama dan kehidupan Budaya manusia ! Bua paparan mengenai hal tersebut !
5. Bagaimana kedudukan dan Fungsi Agama dalam system budaya dan peradaban Modern ?

2. Kelompok II

Materi : Potensi Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman (Bag-1)
Identifikasi Masalah / Kasus :
1. Jelaskan dan berikan paparan yang dimaksud dengan ma’rifatul Islam dan Implikasinya dalam kehidupan Manusia ?
2. Apa yang dimaksud dengan Islam bersifat Universal, dan bagaimana otentitas dan dinamika ajaran Islam ?
3. Jelaskan dan berikan paparan yang dimaksud dengan Ma’rifatul Qur’an ( pengertian, fungsi, dan makna Al-Quran dalam Kehidupan Manusia ) !
4. Bagaimana Metodologi menafsirkan Al-Quran !
5. Tunjukan bukti-bukti otentisitas Al-Qur’an !

3. Kelompok III

Materi : Potensi Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman (Bag-2)
Identifikasi Masalah / Kasus :
1. Jelaskan Pengertian As-Sunnah/Hadits da n apa perbedaan Hadits Qudsi & Al-Qur’an ?
2. Bagaimana kedudukan Hadits Qudsi danAl-quran ?
3. Jelaskan klasifikasi dan tingkatan/derajat suatu hadits
4. Jelaskan yang dimaksud dengan Al-Ijtihad dan apa urgensi dan kedudukannya dalam HUkum Islam ?
5. Apa syarat-syarat mujtahid dan jelaskan sebab-sebab yang menimbulkan perbedaan hasil-hasil it-tihad ?

4. Kelompok IV
Materi : Islam dan Berbagai Dimensinya (Bag-1)
Identifikasi Masalah / Kasus :
1. Jelaskan periodesasi sejarah Islam dan apa peristiwa yang terjadi pada masing-masing periodesasinya !
2. Apa yang dimaksud dengan Aqidah & Akhlaq dalam Islam jelaskan prinsip-prinsip dari masing-masing !
3. Jelaskan pengertian Ibadah dan Syariah dalam Islam, dan jelaskan pula pengertian dari Ibadah Mahdoh dan Ghoiru Mahdoh ?
4. Apa tujuan Syariah dan Ibadah dalam Islam ?
5. Bagaimana cara menegakkan syariah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan jelaskan pula pengertian Khilafah Islamiyah ?

5. Kelompok V
Materi : Islam dan Berbagai Dimensinya (Bag-2)
Identifikasi Masalah / Kasus :
1. Jelaskan pengertian Filsafat dan Cabang-cabangnya, jelaskan pemikiran dari beberapa tokoh-tokoh filosof Islam ?
2. Jelaskan ruang lingkup budaya Islam dan cirri-cirinya !
3. Jelaskan makna dan bentuk Ukhuwah Islamiyah !
4. Jelaskan prinsip-prinsip Ukhuwah Islamiyah !
5. Bagaimana membangun Ukhuwah Islamiyah !


6. Kelompok VI (KELOMPOK BARU/TAMBAHAN)
Materi : Pengantar Studi AQIDAH ISLAM
Identifikasi masalah / kasus :
1. Jelaskan dan berikan contoh kasus Penyimpangan yang terjadi pad Ummat Islam dalam memahami AlQur’an dan As-Sunnah dalam bidang AQIDAH ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Bid’ah dan sunnah, jelaskan dengan berbagai contoh yang terjadi dalam kehidupan masyarakat islam fenomena tersebut !
3. Apa yang anda ketahui dengan makna taukhid, dan Jelaskan perilaku dalam kehidupan dalam masyarakat yang bertentangan dengan taukhid ?
4. Jelaskan Bagaimana konsep wala wal bara’ dalam Islam ?
5. Jelaskan makna syahadat dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan dalam masyarakat ?

Referensi :Pengantar Studi Aqidah Islam, Dr. Ibrahim Muhammad Bin Abdullah Al-Buraikan, alih Bahasa : Ust. Anis Mata, Penerbit Rabbani Press, Jakarta.

Character Building: School or Family Role?

Seorang tetangga kami menjadi guru agama dan guru karakter (character building) di sebuah sekolah. Sekolah ini memiliki misi membangun karakter siswa-siswanya. Sore itu, ia bertandang ke rumah tetangga kami juga yang lain.

Setelah ngoborl sana-sini, pembicaraan tiba ke topik mendidik anak. Tetangga saya yang dikunjungi ini bertanya, "kenapa sih anak-anak di sekolahmu itu karakter dan perilakunya ga bagus?"

"Lihat tuh sih X (seorang anak SD), kelakuannya kok kayak begitu? Kok sekolahnya ga ngajarin karakternya supaya bagus sih?"
Isteri saya yang juga berada di sana, bersegera menyela, "Sekolah ga bisa disalahkan bu. Kelakuan anak-anak itu tergantung keluarga dan orang tuanya."

Benar kata isteri saya. Sebaik apapun sekolah mengajarkan karakter, tidaklah akan sebaik keluarga (orang tua) bila mereka mendidik anaknya. Walaupun sekolah memiliki visi, misi, dan program yang bagus untuk mendidik karakter siswanya, tidaklah akan seefektif orang tua bila mereka melakukannya. Mengapa demikian?

Pendidikan karakter tidak bisa disamakan dengan pengajaran matematika atau sejarah atau mata pelajaran lainnya. Pendidikan karakter bukanlah mentransfer ilmu, tetapi teladan. ia tidak memberikan pengajaran tetapi contoh hidup. Ia tidak perlu pekerjaan rumah, tapi pembiasaan diri. Ia tidak ada ulangan, tetapi ujian hidup.

Adapun sekolah yang mengajarkan Character Building di jam sekolah, hal ini tidak berarti karakter yang diajarkan terbentuk dalam diri siswa. Pengajaran CB hanya akan sampai pada tataran pengetahuan dan pemahaman. Apalagi jika diajarkan pada siswa yang menjelang dan sudah remaja. Pengajaran ini semakin tidak efektif bila hanya berupa ceramah dan aktifitas biasa. Dikarenakan hakikat karakter bersumber pada pembiasaan dan pemodelan, maka waktu menjadi kata kunci untuk melihat tumbuhnya karakter itu.

Pembiasaan berarti pelatihan secara terus menerus dan terstruktur terhadap satu karakter yang diharapkan tumbuh. Sedangkan Pemodelan dimaksudkan sebagai bukti dan sarana impartasi/inspirasi bagi siswa tentang contoh nyata karakter yang diharapkan, sehingga memberikan arah bagi siswa.

Dua hal ini sangat efektif dilakukan oleh orang tua, mengingat siswa sepenuhnya bergantung dan percaya pada orang tua di masa anak-anaknya. Semakin belia usia anak, semakin efektif orang tua melatih dan membetuk karakter anak.

Jika sekolah memiliki misi khusus untuk mengajarkan CB pada siswa, akan terlebih efektif bila sekolah dapat melakukan program-program yang lebih dinamis dan korporat. Dinamis berarti bukan berupa metode ceramah, melainkan kegiatan-kegiatan yang berorientasi tantangan atau problem solving untuk memunculkan karakter yang diharapkan. SEcara Korporat dimaksudkan sebagai pemberi energi pada teman sebaya untuk memiliki kualitas karakter yang diharapkan.

Saturday, November 20, 2010

Informasi Kuliah

Yth. Mahasiswa sem. V & Sem. VI STAISA
Agenda Perkuliahan Pengantar Studi Islam :
1. Tanggal 5 Desember 2010 Presentasi kelompok III & Kel. IV
2. Tanggal 9 Januari 2011 PreSENTASI Kelompok V & Kel. VI
3. Tanggal 6 Februari 2011 Ujian Semester
Semua tugas makalah di kumpulkan jadi satu kelompok, paling lambat dikumpulkan pada tanggal 9 Januari 2011.
Demikian terima kasih.

Dosen - Sumanto, M.Pd

Sunday, November 14, 2010

Nilai UTS ( Presentasi Makalah ) Mata Kuliah PSI

Aspek yang dinilai dari presentasi makalah mencakup : Penguasaan Materi, Gaya Presentasi dan KOntens Makalah. Dan nilai ini adalah akumulasi ke tigas Aspek, dan nilai presentasi ini merupakan nilai Ujian Tengah Semester :
No. Nama Skor
1. Asmiatun 88
2. Sri Rahayu 78
3. Vianita 95
4. Lisa Sahana 82
5. Hermiyati 85
6. Hamsina 77
7. Alip Pujiyati 79
8. Lilik Zubaidah 76
9. Muhayah 81
10. Sumarni 80

Catatan presentasi :
1. Perlu penguasaan materi - diminta pointer-pointer saja yang di baca.
2. Perlu penguasaan audien - gunakan bahasa tubuh yang komunikatif.

Dimohon untuk kelompok 3 & 4 mempersiapkan diri untuk presentasi selanjutnya, kuliah akan dimulai tepat pukul 13.00 dan langsung presentasi makalah.

Untuk mahasiswa yang belum memiliki kelompok, diminta bergabung dengan kelompok 6 dengan studi kasus :
1. Jelaskan apa yang menjadi problematika ummat sekarang ? dan bagaimana solusinya menurut anda ?
2. jelaskan faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kemunduran ummat islam sekarang ini ?

Demikian terima kasih.

Friday, November 12, 2010

Ikhlas karena Allâh dan terbebas dari hawa nafsu

Seringkali perselisihan antar kelompok atau pribadi nampak secara lahiriah sebagai perselisihan ilmiah atau mengenai masalah-masalah pemikiran semata-mata. Tetapi sesungguhnya perselisihan tersebut karena faktor egoisme dan memperturutkan hawa nafsu yang dapat menyesatkan seseorang dari jalan Allâh. Inilah yang kiranya bisa kita rasakan dan amati dari berbagai perselisihan yang telah dan sedang terjadi di dalam tubuh beberapa Jama'ah dan gerakan Islâm, baik antar sesama anggota dari satu Jama'ah ataupun di kalangan para pemimpinnya. Seringkali perselisihan itu terjadi karena faktor-faktor pribadi dan popularitas di mata masyarakat, sekalipun dibalut dengan kepentingan Islâm atau Jama'ah dan lain sebagainya yang tidak diketahui bahkan oleh manusia itu sendiri.
Memang, banyak perselisihan timbul hanya karena si fulan menjadi pemimpin atau karena si Umar menjadi komandan. Kemudian para pengikut masing-masing mengira sebagai perselisihan mengenai prinsip dan pemahaman. Padahal ia merupakan perselisihan memperebutkan kepemimpinan atau jabatan. Sabda Nabi SAW:"Dua ekor serigala lapar yang dilepas di tengah kawanan kambing kalah besar bahayanya ketimbang ambisi seseorang terhadap harta dan jabatan dalam (merusak) agamanya."
Ambisi seseorang terhadap harta dan jabatan itu daya rusaknya terhadap agama jauh lebih besar ketimbang bahaya serigala lapar yang dilepas ditengah kawanan kambing. Tarbiyah Islâmiyah (pendidikan Islâm) senantiasa menempa agar setiap mu'min menjadikan tujuannya hanyalah mencari ridha Allâh bukan ridha makhluk, kebahagiaan akhirat bukan kemaslahatan duniawi. Mengutamakan apa yang ada di sisi Allâh, bukan apa yang ada di sisi manusia atau organisasi.
"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allâh adalah kekal."(QS,An-Nahl:96)
Tarbiyah Qur'âniyah ini memperingatkan dan mengecam manusia yang menjadikan dunia sebagai puncak cita-citanya, beramal demi mencapai kedudukan, popularitas, kemaslahatan pribadi dan kepentingan golongan baik secara nyata ataupun terselubung.
Karena itulah di dalam hadits shahih disebutkan bahwa orang yang pertama kali dibakar oleh api neraka pada hari kiamat ialah orang yang beramal secara riya' dan berdusta kepada Allâh. Orang yang mengelabui manusia seolah-olah bekerja karena Allâh tetapi pada hakekatnya bekerja demi kepentingan pribadi. Rasûlullâh saw memuji para prajurit tak dikenal yang berjuang menegakkan agama dan menta'ati Allâh, jauh dari publikasi dan gegap gempitanya liputan media massa. Al Hakim dan lainnya meriwayatkan dari Zaid bin Aslam dari bapaknya bahwa Umar ra pernah keluar ke masjid kemudian mendapati Mu'adz sedang berada di sisi kuburan Nabi saw seraya menangis. Tanya Umar: "Kenapa Anda menangis?" Mu'adz menjawab:"Karena sebuah hadits yang aku dengar dari Rasûlullah saw. Beliau pernah bersabda:
"Sekecil apapun dari riya' adalah kemusyrikan. Barangsiapa memusuhi para Wali Allâh maka ia telah menantang perang kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh mencintai orang-orang yang berbuat baik, orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang bersembunyi yang apabila tidak hadir mereka tidak dicari dan apabila hadir tidak dikenal. Hati mereka adalah lampu-lampu petunjuk. Mereka terselamat dari setiap bencana kegelapan."(R.Al-Hakim)
Betapa banyak kita saksikan orang-orang yang mempertahankan suatu aliran pemikiran dan keyakinan dengan semangat yang berlebih-lebihan sehingga mengecam setiap orang yang tidak sependapat dengan ungkapan-ungkapan kasar dan pedas. Mereka ingin berlaku ikhlas mempertahankan aliran tersebut sehingga mereka lebih bersemangat ketimbang pencetus aliran itu sendiri. Mereka dikatakan orang "lebih meraja daripada raja". Apalagi jika mereka merasa mendapatkan dukungan dari sana-sini.
Orang muslim sejati adalah orang yang menjadi hamba Allâh, bukan hamba dirinya. Di mana saja ia ditempatkan ia tetap bekerja dengan ikhlas, baik sebagai pemimpin ataupun prajurit, di depan ataupun dibelakang, tanpa berambisi kepada jabatan atau dunia.
Sabda Rasûlullâh saw:"Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba perut! Apabila diberi merasa lega tetapi jika tidak diberi marah. Semoga celaka dan terpuruk. Dan apa;agi tertusuk duri maka tidak dapat dicabut lagi. Berbahagialah seorang hamba (Allâh) yang menuntun kendali ontanya di jalan Allâh, kepala dan kedua kakinya berdebu; jika bertugas jaga maka ia melaksanakan penjagaan (dengan baik dan ikhlas) dan jika bertugas mengawal pasukan belakang maka ia melaksanakan pengawalan (dengan baik dan ikhlas)."(H.R Bukhari)
Semoga Allâh meridhai Khalid bin Walid, pedang Allâh yang terhunus, yang telah berjuang sebagai komandan dan berhasil dengan pertolongan Allâh memenangkan berbagai pertempuran. Dan, ketika dengan tiba-tiba harus digantikan oleh Abu Ubaidah ia dengan ikhlas dan setia menjadi prajurit dan pembantunya. Demikianlah sikap orang-orang Mu'min sejati.
Tetapi sangat disesalkan, dari perselisihan-perselisihan yang terjadi dikalangan para aktivis Islam tercium adanya aroma fanatisme yang tercela terhadap kelompok, Jama'ah, daerah, kota, pribadi atau sekolahan.
Seandainya semua fihak mau berlaku adil niscaya mereka akan berfihak kepada kebenaran dan mengikhlaskan agama mereka hanya kepada Allâh.
"Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allâh, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepdaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allâh)."(QS, Al-An'am:162-163)
Sesungguhnya memperturutkan hawa nafsu adalah merupakan salah satu bentuk kemusyrikan. Itulah sebabnya para Salaf berkata:"Ilah yang terburuk disembah di muka bumi ialah hawa nafsu". Karena hawa nafsu dapat menyesatkan manusia dari jalan yang benar kendatipun manusia itu mengetahuinya.
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allâh membiarkannya sesat padahal ia mengetahuinya, dan Allâh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allâh (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"(QS,Al Jatsiah:23).

Wallahu 'alam bishawab