Ahlan wa Sahlan

" Selamat Datang di Blog Manto Abu Ihsan,...Silahkan kunjungi juga ke www.mantoakg.alazka.org

Manto Abu Ihsan " Hadir untuk perubahan"

Manto Abu Ihsan " Hadir untuk perubahan"
H.Sumanto, M.Pd : " Siap membantu dalam kegiatan Motivation Building, Spiritual Power, Get Big Spirit and Character Building."

Friday, November 12, 2010

Ikhlas karena Allâh dan terbebas dari hawa nafsu

Seringkali perselisihan antar kelompok atau pribadi nampak secara lahiriah sebagai perselisihan ilmiah atau mengenai masalah-masalah pemikiran semata-mata. Tetapi sesungguhnya perselisihan tersebut karena faktor egoisme dan memperturutkan hawa nafsu yang dapat menyesatkan seseorang dari jalan Allâh. Inilah yang kiranya bisa kita rasakan dan amati dari berbagai perselisihan yang telah dan sedang terjadi di dalam tubuh beberapa Jama'ah dan gerakan Islâm, baik antar sesama anggota dari satu Jama'ah ataupun di kalangan para pemimpinnya. Seringkali perselisihan itu terjadi karena faktor-faktor pribadi dan popularitas di mata masyarakat, sekalipun dibalut dengan kepentingan Islâm atau Jama'ah dan lain sebagainya yang tidak diketahui bahkan oleh manusia itu sendiri.
Memang, banyak perselisihan timbul hanya karena si fulan menjadi pemimpin atau karena si Umar menjadi komandan. Kemudian para pengikut masing-masing mengira sebagai perselisihan mengenai prinsip dan pemahaman. Padahal ia merupakan perselisihan memperebutkan kepemimpinan atau jabatan. Sabda Nabi SAW:"Dua ekor serigala lapar yang dilepas di tengah kawanan kambing kalah besar bahayanya ketimbang ambisi seseorang terhadap harta dan jabatan dalam (merusak) agamanya."
Ambisi seseorang terhadap harta dan jabatan itu daya rusaknya terhadap agama jauh lebih besar ketimbang bahaya serigala lapar yang dilepas ditengah kawanan kambing. Tarbiyah Islâmiyah (pendidikan Islâm) senantiasa menempa agar setiap mu'min menjadikan tujuannya hanyalah mencari ridha Allâh bukan ridha makhluk, kebahagiaan akhirat bukan kemaslahatan duniawi. Mengutamakan apa yang ada di sisi Allâh, bukan apa yang ada di sisi manusia atau organisasi.
"Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allâh adalah kekal."(QS,An-Nahl:96)
Tarbiyah Qur'âniyah ini memperingatkan dan mengecam manusia yang menjadikan dunia sebagai puncak cita-citanya, beramal demi mencapai kedudukan, popularitas, kemaslahatan pribadi dan kepentingan golongan baik secara nyata ataupun terselubung.
Karena itulah di dalam hadits shahih disebutkan bahwa orang yang pertama kali dibakar oleh api neraka pada hari kiamat ialah orang yang beramal secara riya' dan berdusta kepada Allâh. Orang yang mengelabui manusia seolah-olah bekerja karena Allâh tetapi pada hakekatnya bekerja demi kepentingan pribadi. Rasûlullâh saw memuji para prajurit tak dikenal yang berjuang menegakkan agama dan menta'ati Allâh, jauh dari publikasi dan gegap gempitanya liputan media massa. Al Hakim dan lainnya meriwayatkan dari Zaid bin Aslam dari bapaknya bahwa Umar ra pernah keluar ke masjid kemudian mendapati Mu'adz sedang berada di sisi kuburan Nabi saw seraya menangis. Tanya Umar: "Kenapa Anda menangis?" Mu'adz menjawab:"Karena sebuah hadits yang aku dengar dari Rasûlullah saw. Beliau pernah bersabda:
"Sekecil apapun dari riya' adalah kemusyrikan. Barangsiapa memusuhi para Wali Allâh maka ia telah menantang perang kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh mencintai orang-orang yang berbuat baik, orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang bersembunyi yang apabila tidak hadir mereka tidak dicari dan apabila hadir tidak dikenal. Hati mereka adalah lampu-lampu petunjuk. Mereka terselamat dari setiap bencana kegelapan."(R.Al-Hakim)
Betapa banyak kita saksikan orang-orang yang mempertahankan suatu aliran pemikiran dan keyakinan dengan semangat yang berlebih-lebihan sehingga mengecam setiap orang yang tidak sependapat dengan ungkapan-ungkapan kasar dan pedas. Mereka ingin berlaku ikhlas mempertahankan aliran tersebut sehingga mereka lebih bersemangat ketimbang pencetus aliran itu sendiri. Mereka dikatakan orang "lebih meraja daripada raja". Apalagi jika mereka merasa mendapatkan dukungan dari sana-sini.
Orang muslim sejati adalah orang yang menjadi hamba Allâh, bukan hamba dirinya. Di mana saja ia ditempatkan ia tetap bekerja dengan ikhlas, baik sebagai pemimpin ataupun prajurit, di depan ataupun dibelakang, tanpa berambisi kepada jabatan atau dunia.
Sabda Rasûlullâh saw:"Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba perut! Apabila diberi merasa lega tetapi jika tidak diberi marah. Semoga celaka dan terpuruk. Dan apa;agi tertusuk duri maka tidak dapat dicabut lagi. Berbahagialah seorang hamba (Allâh) yang menuntun kendali ontanya di jalan Allâh, kepala dan kedua kakinya berdebu; jika bertugas jaga maka ia melaksanakan penjagaan (dengan baik dan ikhlas) dan jika bertugas mengawal pasukan belakang maka ia melaksanakan pengawalan (dengan baik dan ikhlas)."(H.R Bukhari)
Semoga Allâh meridhai Khalid bin Walid, pedang Allâh yang terhunus, yang telah berjuang sebagai komandan dan berhasil dengan pertolongan Allâh memenangkan berbagai pertempuran. Dan, ketika dengan tiba-tiba harus digantikan oleh Abu Ubaidah ia dengan ikhlas dan setia menjadi prajurit dan pembantunya. Demikianlah sikap orang-orang Mu'min sejati.
Tetapi sangat disesalkan, dari perselisihan-perselisihan yang terjadi dikalangan para aktivis Islam tercium adanya aroma fanatisme yang tercela terhadap kelompok, Jama'ah, daerah, kota, pribadi atau sekolahan.
Seandainya semua fihak mau berlaku adil niscaya mereka akan berfihak kepada kebenaran dan mengikhlaskan agama mereka hanya kepada Allâh.
"Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allâh, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepdaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allâh)."(QS, Al-An'am:162-163)
Sesungguhnya memperturutkan hawa nafsu adalah merupakan salah satu bentuk kemusyrikan. Itulah sebabnya para Salaf berkata:"Ilah yang terburuk disembah di muka bumi ialah hawa nafsu". Karena hawa nafsu dapat menyesatkan manusia dari jalan yang benar kendatipun manusia itu mengetahuinya.
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allâh membiarkannya sesat padahal ia mengetahuinya, dan Allâh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allâh (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"(QS,Al Jatsiah:23).

Wallahu 'alam bishawab

No comments: